Arsip

Mencintaimu dengan Benar

Di selasar masjid, kami sering mendapatinya duduk memegang kitab suci atau bercengkrama dengan beberapa temannya sesekali. Yang kalau orang orang bilang, mereka itu akhwat.

Dan temanku, suka memperhatikannya dari sudut ini bersamaku. Entah sejak kapan. Mungkin dia menyukainya. Aku sempat menawarkan diri untuk membantu dia mengenal perempuan itu. Tapi dia menolak dan selalu berkata “jaga, jaga..” aku bingung, apa yang mesti di jaga?? Kan hanya bertegur sapa bukan masalah besar. Aneh, pikirku

“Mencintai perempuan itu…” tiba tiba dia angkat bicara seperti membaca pikiranku saja. Aku kaget.

“Berbeda dan ada caranya.. Perempuan itu sedang menjaga diri , bahkan mungkin sesekali terjaga dengan kekhawatiran. Khawatir apakah ada laki laki yang berani mendobrak dinding penjagaannya dengan cara yang benar? Khawatir apakah ada laki laki yang bersedia mengetuk pintu hatinya dengan sopan? Dan.. Tugasku, adalah menghapus kekhawatirannya. “Ada.. pasti ada.” Ingin sekali ku katakan itu padanya. Tapi, aku disini sedang bersiap-siap. Bekal ku hampir penuh muatannya. Sebentar lagi, akan ku ketuk pintu rumahmu dan meyakinkan ayah juga ibumu. Maka ku harap,kau tetap disendirikan sampai tiba waktuku datang. Aku tak bisa mengatakan tunggu.. Sebab aku, sedang belajar mencintaimu dengan cara yang benar.”

Lanjutnya panjang lebar disertai senyum mendalam.

Cinta macam apa itu?

©esd || rumah, akhir oktober 2015

Penerimaan Yang Baik

Dulu, sewaktu kecil mungkin sosok yang sangat ingin kita temui adalah sosok yang sering muncul di layar televisi. Sosok kartun maupun superhero, atau yang perempuan lebih ke barbie dan princess princess.

Beranjak ke masa SMP dan SMA, sosok yang paling ingin di temui lebih masuk di logika meski yaa ga jauh jauh dari apa yang ada di layar kaca, aktor dan aktris favorit. Atau bahkan tokoh tokoh luar negeri dari mulai boyband korea sampai tokoh arjuna dari India.

Hal hal seperti itu kenapa bisa terjadi ?? Karena pemahaman masing masing orang yang masih berbeda beda. Ketidak mengertian tentang hal hal yang bermanfaat sesungguhnya yang pada akhirnya membuat mereka masih betah dan menikmati euforia yang sejenis itu.

Padahal, di kehidupan sebenarnya, sosok yang amat sangat di butuhkan oleh setiap insan adalah sosok dengan penerimaan yang baik untuk menjadi orang terdekat kita. Ketika kita bertemu seseorang dengan penerimaan yang baik, dia tak akan sibuk memaki Alloh dan menyalahkan orang lain saat terjadi musibah dalam kehidupannya. Dia tak akan sibuk menuntut kelebihan kelebihan kita tanpa mau menerima sisi kekurangan kita. Dia akan menyediakan waktu lebih untuk mendengar penjelasan kita saat terjadi khilaf. Dia tak hanya memaksa kita untuk segera menjadi baik, namun mau bersabar dan menuntun dengan lembut dalam melewati proses kita memperbaiki diri. Dia juga akan membuat kita merasa dihargai, dengan mendengarkan nasehat kita tanpa tuduhan atau mencaci maki. Dia akan menerima dengan penerimaan yang sangat baik.

Seseorang dengan penerimaan yang baik selalu damai meski di tempat paling gersang sekalipun. Dia adalah sosok yang mengerti hakikat sebenarnya tentang syukur dan sabar. Karena apa? Karena adanya sebuah pemahaman yang benar yang telah lebih dulu tertanam pada hatinya. Apa pemahaman yang benar itu? Tak lain dan tak bukan adalah Al Quran. Al Quran telah diterjemahkan ke dalam hatinya sampai hatinya menjadi tajam dalam menilai tiap sendi dalam kehidupan. Dia tau cara menyikapi setiap hal sesuai kadarnya.

Seseorang dengan penerimaan yang baik tentu bukan yang memiliki hati sempurna selerti malaikat. Ia juga memiliki sisi kemanusiawian. Bedanya, dia bisa mengelola itu semua sesuai dengan Al Quran. Berhubungan dengan seseorang yang memiliki penwrimaan yang baik itu seperti memiliki sosok suami yang beriman. Kalau ada yang ia sukai dari dirimu, maka ia akan memuliakanmu. Kalau ada yang tidak disukai atau dia sedang marah, maka dia tidak akan mendzalimimu.

Dan dimana kita bisa menemukan sosok itu? Berlarirah ke cermin, nah itulah dia yang tak lain adalah kamu.. !

PengenJadiBaik , bismillahi tawakkaltu 🙂

Perumpamaan

Di dunia ini, ada laki laki yang setia pada Masjid. Menghabiskan hampir setiap waktunya di dalam sana. Rajin sekali. Sekitar 2 tahun lalu, aku mengenalnya. Dia satu-satunya orang yang memanggilku dengan awalan “akh..”. Setiap masuk waktu dhuhur, dia sudah berada di dalam, shodaqoh tenaga kalau boleh ku bilang. Sekedar menyapu atau membereskan mukena yang berserakan. Aku kadang geleng-geleng kepala melihatnya, bukankah yang memakai mukena itu perempuan ya? bukannya perempuan itu lebih dekat dengan kerapihan?

Siang itu sedikit berbeda, ku lihat wajahnya lebih berbinar namun sesekali ada raut kekhawatiran. Tiba tiba matanya terbelalak, lalu berpaling ke lain arah seperti beristighfar. Ada apa? Segera ku mencari sebabnya, melihat kepada objek yang sebelumnya ia tatap. Mataku ikut terbelalak, sedikit. Ternyata karena seorang perempuan , berkerudung merah yang menjuntai ke bawah. Haha, aku sadar dia juga seorang laki-laki biasa.

Ku ambil langkah menghampiri laki laki tadi. “Assalamu’alaikum, bro!”, sapaku seraya menyuguhkan segelas es balon yang sengaja ku beli untuknya. “Wa’alaikumussalam, akh. wiih makasih ya!” sambutnya gembira.

“tadi kenapa? ko kayak kaget gitu, lagi jatuh cinta ya?” ledekku dengan mendorong pelan pundaknya.

dia tak lantas menjawab, di seruputnya terlebih dulu es yang ku bawa dan membetulkan posisi duduknya.
“gimana ya?” katanya. “kayanya iya, tapi takut juga. Ane belum siap.”. Aku mengernyitkan dahi, “loh emang jatuh cinta harus nunggu siap ya?”.

“Bukan seperti itu, ane belum siap untuk ke pernikahan. Belum cukup modal.” Aku tambah bingung. “Jadi gini..”, lanjutnya yang menangkap kebingunganku. “Buat ane, ketika sudah ada cinta yang hadir. Berarti harus segera di tuntaskan dengan 2 pilihan. Tikam dengan kejam, atau bawa ke pernikahan.”

“kenapa harus terburu-buru di bawa ke pernikahan? Kau kan bisa saja menjalani cinta dalam diam. *tsaah”, jawabku dengan senyuman sumringah. Seolah pertama kalinya menemukan kata kata yang luar biasa.

“haha, ngapain akh, capek! jika seperti itu, siap-siap kau menjalani hari hari melelahkan. Memantau dari kejauhan, tenggelam dalam khayalan. Do’akan saja akh, agar ane segera di mampukan untuk mengungkapkan perasaan sekaligus melaksanakan lamaran.” dia menepuk bahuku.

“kenapa tidak di nyatakan saja sekarang dan meminta dia menunggu? ane yakin dia juga bakal percaya dan juga bersedia.”

dia tersenyum. “haha, ga begitulah akh. Ane menyatakan cinta tapi tak sekaligus mengajak untuk membawanya ke pernikahan? itu sama saja dengan ente yang ngomong lapar, lapar, namun tak segera mengisi perut dengan makanan. Apa yang seperti itu bisa dipercaya? Arman.. arman.. kau ini ada ada saja.” dia kembali menepuk-nepuk bahuku sebelum kemudian beranjak menuju mimbar. Meninggalkan aku yang terduduk keheranan. Ada pengertian baru yang ku temukan.

“Dasar, pintar sekali dia memberi perumpaan. Makasih, bro!” gumamku sambil menoleh ke arahnya. Menatap punggungnya di atas mimbar. Adzan pun berkumandang.

Akar

Di satu sore yang sejuk, aku duduk di sebuah bangku. Menatap laki laki di seberang sana yang berada di tengah sebuah lingkaran para ikhwan. Mereka sedang bermajlis di bawa pohon besar, Kebun Raya Bogor.

“Kak, sebentar! celana ana nyangkut nih di akar! Nyebelin banget.” seru seorang ikhwan pada lelaki itu.

“pelan pelan, akh. Jangan akarnya yang di salahkan . hehe” jawabnya dengan tatapan teduh.

“iya habis memang gara-gara akarnya sih!” sanggah sang ikhwan.

“tahukah antum seberapa penting peranan akar bagi sebuah pohon?” giliran lelaki itu yang balik bertanya.
“banyak pelajaran yang bisa kita ambil darinya.” lanjutnya dengan melempar senyuman padaku. Aku bergegas merunduk, malu!

“Belajarlah dari akar. Ia tetap tenang meski terkubur dalam dalam. Ia tetap setia memberi nutrisi kepada batang hingga tumbuh bercabang cabang. Makin dalam ia menghujam, makin tinggi batang itu membentuk cabang.

Belajarlah dari akar. Ia tetap tak kehilangan nilai meski hanya terpendam. Ia terus menggali sampai dasar. Meski orang lain tak memandang dirinya. Namun cukup baginya mengetahui, bahwa sang pohon terus tumbuh hingga semakin sejuk dan gagah. Semakin rindang dengan daun yang lebat. Semakin manis dengan buah yang lezat.

Akar, tak pernah berharap untuk di lihat, di puji. Ia hanya bisa menampakkan diri sesekali. Itu pun tak seutuhnya, bahkan seringkali kemunculannya dianggap sebagai perusak keindahan jalan. Ia pun tahu kalau ia muncul menyeruak, maka tak ada alasan lagi bagi si pohon untuk tetap tumbuh dan berkembang.
Maka ia semakin jauh bersembunyi, mengalirkan segala nutrisi dari tanah subur yang ia gali. dengan tulus mempersembahkan yang terbaik, ia fokus memberi tenaga bagi pertumbuhan sang pohon.

Akar, tetap setia pada tugas utamanya. Mengajarkan kita tentang kebeningan sebuah niat. Tetap bergerak meski tak ada yang melihat. Tak putus beramal meski tak ada yang memberi semangat. Akar juga mengajarkan kita bersikap bijak. Untuk tak menilai sesuatu hanya dari yang nampak. Karena apa yang tersembunyi boleh jadi adalah sesuatu yang sesungguhnya paling berarti. Akar seperti ibu, memberi tanpa pamrih, berbagi tanpa pilih kasih.

Maka belajarlah kepada akar. Yang tetap sabar meski sering terinjak, yang tetap tegar meski sering dinilai hanya dari satu pihak.

Jadi, yakin masih mengeluhkan tentang akar?” Lelaki itu menutup penjelasannya dengan sebuah senyum. Manis.. sangat manis.


Lelaki itu kembali melirik ke arahku, perlahan namun pasti langkahnya semakin dekat dengan sosok yang ia tatap, aku! dan.. tak sampai 1 menit bahunya sudah menyelesihi bahuku, dia disini.. duduk bersisian denganku.

“gimana? penjelasan abang keren kan? abang masih ingat kan kata kata yang satu tahun lalu tertulis di buku catatanmu, dek?” tanyanya dengan mata yang lurus kedepan. Aku hanya menoleh, menatap lekat lekat wajahnya untuk kemudian tertawa kecil.
Ternyata dia benar-benar mempelajari semua tulisanku. Aahh.. aku terpesona.

“kenapa diliatin terus wajah abang?” dia menoleh, meledekku. Refleks ku palinglan wajahku darinya.

“dasar pemalu..” godanya seraya mencubit daguku. Aku hanya tetap tersenyum.

“lama lama anginnya makin kencang, dek. kita pulang yuk..dingin!” dia mengulurkan tangannya. Aku mengangguk dan tak lupa menautkan jemariku diantara ruas jemari tangan yang ia ulurkan. Kami pun berjalan dengan tangan yang saling menggenggam. Dibawah dedaunan dengan angin yang lumayan kencang. Kami saling bertukar pandangan dengan kaki yang tetap berjalan, berbagi senyum dan rangkulan. “Dingin, dek!” katanya.

Dalam rangkulannya, pikiranku menerawang kepada ingatan satu tahun silam. Saat itu, aku yang berdiri diposisinya, di tengah lingkaran para akhwat. Dengan antusias menerjemahkan makna akar untuk kemudian malam harinya ku abadikan melalui tulisan. Saat itu pula, pertama kalinya kami di pertemukan. Tepatnya sih, aku yang ditemukan olehnya. Dia menatapku dari kejauhan, sebagai bagian dari rangkaian proses menuju pernikahan yang di sebut nazhar. Yaitu melihat calon pendamping tanpa sepengetahuan si perempuan.

Aku bersyukur, amat bersyukur. “tahukah kamu, bang?” gumamku dalam hati. “selain akar, bagi adek, abang juga seperti angin di sore ini. Angin yang Alloh kirim sebagai kabar gembira bagi bumi dan seisinya. Ya, abang anginnya.. hati adek bumi dan seisinya. cius deh!! Tapi adek ga bisa mengatakannya sekarang, tunggu sampai nanti malam ya, saat adek menyampaikannya melalui tulisan. Adek malu!”

~selesai

Sedang dalam penantian, 25 Febuari 2015 || esd

Salju di Lembah Arab

Ksatria.. Pertanda apa ini ?? apa pertanda bahwa tak lama lagi kita bertemu? hem.. bukan ksatria, ini bukan saatnya untuk beromantis ria hehe..
ada hal penting yang hendak ku sampaikan ke mereka..
bahwa hari itu akan segera tiba, satu lagi pertanda bahwa berita besar itu sudah semakin dekat saja..

aku khawatir, ksatria..
khawatir dengan mereka yang ku sayangi dan juga diriku sendiri..
ketika lingkungan kami tak kunjung membaik, tapi waktu tak pernah menunggu kami agar segera siap sampai di hari itu..

aku mengerti, dengan mereka yang masih belum berani menutup tubuh dengan hijab syar’i.. aku mengerti, karena aku pun memiliki perasaan sebagai wanita..
bahwa dunia hari ini benar-benar tak memberi tempat bagi muslimah yang ingin mengudara tanpa harus menanggalkan pakaian syar’inya..
tapi, aku ingin mereka yang kusayangi juga mengerti bahwa mereka yang bergelimpah harta dengan aurat terumbar hanyalah segolongan manusia yang Alloh segerakan kesenangannya di dunia dan tak lama lagi sirna..
sedang kita, haruslah menjadi segolongan manusia yang menangguhkan kebahagiaannya untuk diakhirat nanti..

aku mengerti, dengan mereka yang masih belum berani berlepas diri dari zina yang keji. entah berpacaran ataupun berhubungan yang melampaui batas yang kadang mereka sebut sebagai taaruf. mungkin sebagian ada yang menjalaninya dengan sesekali merasa berdosa, tapi sayangnya lebih sering mereka berdamai dengan dosa yang mereka jalani. aku mengerti, sebab aku juga bagian dari para muda mudi itu. aku mengerti ketika fitrah bersama lawan jenis sedang meraung dan segera ingin dipenuhi namun satu sisi belum mumpuni untuk masuk ke dalam gerbang pernikahan.
tapi aku juga ingin mereka yang ku sayangi mengerti, bahwa mereka yang bermesra dan bahagia dalam hubungan tak halal itu hanyalah segolongan manusia yang Alloh segerakan kesenangannya di dunia dan tak lama lagi sirna..
sedang kita, haruslah menjadi segolongan manusia yang menangguhkan kebahagiaannya untuk diakhirat nanti..

ksatria.. bantu aku menyampaikan bentuk cintaku ini pada mereka. sebab terkadang, menyampaikan kebenaran di waktu yang tepat tidak lah mudah. dan mereka yang harus meninggalkan kemaksiatan saat ada kesempatan juga tak kalah sulitmya.

jadi aku ingin mereka paham bahwa kami adalah sama. sama sulitnya, sama sukarnya. tapi bukan saatnya untuk kami mengelu elukan sesiapa yang ujiannya paling berat paling susah. ini saatnya bagi kami untuk saling menguatkan dan mengokohkan iman satu sama lain.

ya , inilah saatnya. saat salju sudah turun di lembah arab yang terkenal gersang dan berlautkan padang pasir. saat satu persatu berita yang dulu sebatas kata menjadi nyata. saat ini.. saat kiamat, sudah semakin dekat. iya.. kiamat!!! tak ada waktu lagi untuk menunda taubat dan melakukan perbaikan diri. kumohon.. sampaikan ya, ksatria ??

#loveksatria #loveuikhwah

Diantara kisahnya : Dengarkan Aku, Please..

oleh : ranaa~

Ustadz Felix Siauw berkata dalam salah satu postingan facebooknya :
“Dia yang tak sabar mendengar pasti juga tak sabar dalam berbicara..
Dia yang salah dalam mendengar, pasti juga salah dalam berbicara..
Dia yang tak bida mendengar, pasti juga tak mampu berbicara..
Dengarkan yang baik, sampaikan yang baik..
Luaskan ilmu agar tak salah, sempitkan masalah, pasti banyak berkah..”

Subhanallah..

Sering ukhuwah ini rusak karena tak ada yang mau mengalah untuk menjadi pendengar. Bahkan terkadang, dengan egois memaksa satu sama lain tanpa memberi kesempatan pada diri kita untuk menjadi pendengar tersebut. Sampai-sampai tak jarang hati kita menjerit, “Dengarkan aku, please..!”

Tapi, bukankah 2 buah telinga yang kita miliki ini mengandung hikmah? Agar setiap kita lebih banyak mendengar daripada berbicara?

Maka kepada dirimu yang memiliki hati lebih lapang, kesadaran lebih tinggi. Ijinkan mereka menemukan sosok pendengar itu ada pada dirimu. Meski mungkin, diawal kau merasa dibutuhkan hanya saat mereka susah, gundah, gelisah. Merasa kau ini hanya dimanfaatkan, hanya menjadi tempat singgahnya, atau tempat pemberhentian terakhirnya. Tapi bukankah disitu titik terpentingnya? Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat? Bukankah sosok seperti itu yang lebih memiliki arti ketimbang mereka yang hanya tahu saat-saat bahagianya?

Ukhti fillah, cobalah mencari hikmah dengan melihat setiap hal dengan sudut pandang yang berbeda, cobalah untuk senantiasa berbaik sangka. Ya..lelah, pasti lelah, bahkan bohong jika tak lelah. Tapi jangan lelahnya yang kau pikirkan. Justru nikmatnya, nikmat apa? Nikmat yang dilebihkan-Nya kepada hati-hati yang berlapang dada, yang memiliki iman lebih tinggi. Maka lakukanlah, agar kau bisa merasakan dengan hatimu seperti apa nikmat tersebut. Tenang saja, Alloh tiada alpa akan pengorbanan hamba-hamba-Nya.

Maka buatlah ukhuwah terasa indah, dengan menjadikan dirimu sebagai sosok pendengar yang baik. Dan bersabarlah dalam mengerjakannya. Percayalah, dengan kepayahan yang kau lakukan, Alloh telah mengangkat lagi derajatmu ke tempat lebih tinggi dan menjadikanmu kedalam golongan orang yang beruntung, sebagaimana firman-Nya :
“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” QS. Ash-Shuraa [42] : 43

Agustus  2014

Ini Bukan Jalan Dakwah

ku tulis ini, sebagai penghilang dahaga bagi iman iman kita yang kian kerontang..
ku minta fatwa pada hati, dan ternyata sudah begitu banyak dimdimg yg berlubang..

Sekali lagi, ku menyaksikan kekejaman sepi..
Lagi lagi satu jiwa hampir mati ..
Tak kenal bahagia..

Meski disini terlihat ramai,
Tapi mereka hanya lalu lalang,,
Tak ada kepedulian..
Dia pergi pun tak ada yg sadar,
mungkin sadar, tapi hanya diam..

Bahkan janji yang selama ini membuatnya bertahan..
Ia lepas begitu saja untuk kemudian ditinggal pergi..

Di titik ini ku ambil pelajaran..

bahwa..
yang harus ku ketahui

dakwah itu adalah seruan..
yang setelahnya berlanjut pada pembinaan..
bukan sekedar ajakan yang ketika dia mengikuti lantas dilepaskan..

karena

setiap kita yang berada di jalan dakwah..
hakikatnya sama seperti ibu yang merindukan seorang anak..
rindu dengan mereka yang menyambut seruan kita..
ya meski tugas kita hanya menyampaikan..
meski melahirkan anak dr rahim seorang istri bukanlah kewajiban..
meski karunia hidayah, karunia anak tetaplah hak Alloh semata..
tapi rindu terhadap mereka penyambut dakwah juga tak bisa dihilangkan..
benar bukan ??

setiap malam berdoa, meminta..
agar dakwah disambut pelukan..
agar dalam rahim terjadi pembuahan..
lantas ketika Alloh qobul, lalu apa anak itu kita biarkan ??
apa mereka yang menyambut seruan kita, kita tinggalkan ??

harusnya kita paham..
dan ku rasa semua orang disini pasti paham, bahwa tugas ibu bukan hanya melahirkan..
tapi juga merawat, mendidik sampai ia menjadi generasi rabbani..

dan memang disanalah letak point utamanya..
di tiap usaha seorang ibu dalam mentarbiyah anaknya .
di tiap pengorbanan harta dan jiwanya dalam mengenalkan Alloh pada anak2nya..
menancapkan tauhid di titik dasar pemikirannya..
barulah Alloh menaruh syurga dalam telapaknya..

syurga, yang sama mulianya dengan onta merah yang dijanjikan pada para pendakwah..
pendakwah yang bersungguh2 mengemban amanah..
yang juga berkorban dr mulai waktu harta dan jiwanya..

ya.. sangat berharga hadiah syurga dan onta merah yg Alloh janjikan..
sebab tak mudah, sebab butuh waktu lama..

maka aku tak heran..
ketika..
Sebaik apapun suatu lingkungan..
Seshalih apapun orang orang didalamnya..
namun tak dapat menghasilkan generasi yang berikutnya..
namun justru Alloh ambil kembali amanah yg telah dititipkanNya..
sebab tak dikasih makan, tak ada pembinaan dan penjagaan..

Maka kutulis ini pada kalian yang masih mau meikirkan dan memakai perasaan..
kutulis ini pada kalian yang masih memiliki kepekaan..

belajarlah untuk lebih peduli..
sebab kepedulian itu amatlah penting,
Kesadaran untuk berbagi haruslah dimiliki seorang beriman..
Jangan seperti ini, jika tak mau terus menerus kehilangan..

J Ranaa || September 2014

Sepenggal Kisah dari “Jalan Cinta Para Pejuang”

Sepenggal Kisah dari “Jalan Cinta Para Pejuang”

Kali ini, dari sebuah judul “Mencintai Sejantan ‘Ali”  Mungkin ada beberapa yang sudah hapal tentang kisah ini. Tapi sungguh, diri ini tak dapat menahan untuk berbagi kicauan indah yang dituangkan oleh ustadz salim. Tentu dengan sedikit perubahan.

Diawal, diceritakan bagaimana titik awal rasa itu menyeruak dalam dada ‘Ali.
“Dia tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta” tulis ustadz Salim “Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yg paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan sang Nabi. Abu Bakr radhiyallohu ‘anhu.

‘Ali merasa diuji karena terasa apalah ia dibanding Abu Bakr. ‘Ali hanyalah pemuda miskin dari keluarga miskin.

“Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ‘Ali  “Aku mendahulukan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.” Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian atau pengorbanan.”

Begitulah berturut diceritakan. Lamaran Abu Bakr, disusul ‘Umar yang keduanya ditolak. Maka ‘Ali bingung, menantu seperti apakah yang kiranya dikehendaki Rosul?  Tapi kebingungannya tak berlangsung lama, beruntung Allah karuniakan ia sahabat sahabat yang senantiasa mendukung. Sehingga membangunkan keberaniannya.

“‘Ali pun menghadap sang Nabi.” Lanjut ustadz dalam paragraph yang berbeda. “Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginanannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya dibatas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanak-kanakan!

Usianya telah mencapai kepala dua sekarang. “Engkau pemuda sejati wahai ‘Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. pemuda yang siap bertanggung jawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.”

dan bagaimana akhirnya? tentu kalian tahu. sangat indah bukan ?

di akhir, ustadz salim menutup kisah ini dengan kesimpulan yang penuh hikmah :
“Inilah jalan cinta para pejuang.” tulisnya “Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan disini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ‘Ali. Ia mempersilakan atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian. Dan bagi pecinta sejati, selalu ada yang manis dalam mencecap keduanya. Di jalan cinta para pejuang, kita belajar untuk bertanggungjawab atas setiap perasaan kita.”

*selesai

begitulah shalihah, lelaki sejati tak pernah meminta kita untuk menanti. dan kita pun tak sepatutnya menjatuhkan diri dalam kubangan penantian. karena penantian, terkadang membuka pintu pintu syeithan. maka kepadamu yang tentram dalam taat, tetaplah membisu sampai Allah jawab melalui waktu. semoga cinta yang kau simpan meski hampir membeku, akan memuliakanmu sampai hari itu.

by : J ranaa

“Bersabar untuk Tak Menanti”

‘Aku bukan tak sabar, hanya tak ingin menanti
Karena berani memutuskan adalah juga kesabaran
Karena terkadang penantian Membuka pintu pintu syaithan’

“Apakah kesabaran itu ada batasnya?”, begitu tanya seorang Ukhti dalam sebuah forum diskusi.
“Bagi sahabat saya itu”, ia meneruskan,
“kesabaran berarti menunggu, dan terus menunggu. Padahal taaruf ini telah berjalan begitu lama. Sangat lama. Ikhwan itu selalu mengulur dan mengulur. Meminta waktu dan meminta waktu. Begitu terus.”

Nah, apa kesabaran ada batasnya? Ada 3 kategori sabar yg di tuntunkan Al Quran. Ketiganya adalah sabar dalam menghadapi musibah dan ujian Qs.2/155-156, sabar dalam ketaatan Qs.20/132, serta sabar untuk menjauhi kedurhakaan Qs.12/33
Maka seringkali KESABARAN SEJATI TAK SELALU BERARTI MENANTI.

Suatu saat, seorang lelaki melamar wanita yg hendak dinikahinya,
“lamaran ini kami terima”, begitu jawaban sang wali. “Tapi kami harap pernikahannya masih dua atau tiga tahun lagi.” Alangkah lama penantian baginya. Dan terasa akan lebih lama ketika sang pemuda menyadari bahwa hukum pernikahan baginya bukan lagi sunnah. Tapi wajib. Dia sudah begitu takut terjerumus dalam apa apa yang Allah benci. Di tangannya kini telah ada penghasilan meski belum bisa disebut memadai. Maka ia wajib menikah. Ia takut. Ia merasa tak sanggup untuk menanti. Dan ia memilih untuk memutuskan. Meski berat. Baginya, di situlah kesabaran. Bukan pada penantian yang membuka pintu pintu syaithan. Dengan menyebut asma Allah, sang pemuda menguatkan hati. Dan suaranya, meski agak serak, menggambarkan sebuah keteguhan hati. “Urusan saya sekarang ini adalah segera menikah. Belum soal dengan siapa. Kalau saya ditakdirkan Allah tak mendapatkan seorang calon mertua disini, pada saat ini, insyaallah saya akan mencarinya di tempat lain. Dimulai sejak perjalanan pulang nanti, in sya allah.”

Semua mata terbelalak. Semua telinga sedikit merona. Mulut mulut yang sedang minum dan mengudap hidangan harus dijaga agar tak tersedak. Untunglah kemudian dia bisa menjelaskan prinsipnya. Alhamdulillah semua memahaminya. Dia memilih sebuah kesabaran. Menjaga diri untuk selalu taat pada Allah dan menjauhi maksiat. Di tengahnya sebuah resiko menghujam dalam. Resiko tak jadi menikah dengan wanita yang telah dipilihnya. Dan ini diambil demi kemenangan yang lebih besar. Sabar. Di jalan cinta para pejuang, sabar adalah lautan tak bertepi. Tapi menunggu itu ada batasnya. Batas itu adalah garis yang memisahkan ketaatan kepada Allah dengan pintu pintu peluang mendurhakainya. Dan disinilah kita temui sebuah kesabaran sejati. Di jalan cinta para pejuang sabarlah untuk taat, untuk tak durhaka, untuk menghadapi ujian ujian yang jatuh menimpa antara keduanya.

Salim A Fillah di Jalan Cinta Para Pejuang

Tak Seperti Fatimah dan ‘Ali

ku baca kisah cinta terindah dari dua orang tercinta di sisi Nabi, Fatimah dan ‘Ali..

muncul tanya..

mengapa setelahnya tak ada lagi generasi cinta seperti Fatimah dan ‘Ali ?

yang seketika indah hanya dengan 1 nama yang selamanya terpatri,

bahkan dari sebelum mereka paham dengan getar apa yang hadir di hati,

sampai kemudian mereka bertemu dan akhirnya mati?

ya, nama indahnyaa..cinta abadi..

ahh..

mungkin, aku tak sesabar Fatimah dalam menahan diri untuk tak berharap pada manusia,

mungkin, aku tak sesabar Fatimah dalam menyimpan rasa agar tergantung rapi hanya padaNya,

ahh..

mungkin aku terlalu sibuk mencari

sampai entah sudah berapa ‘Ali yang singgah sana sini,

mungkin, dan memang sangat mungkin untukku dengan iman yang terperosok jauh di bawah Fatimah dan ‘Ali..

adal hal yang alpa dari keinsyafanku..

bahwa hakikatnya..

Fatimah dan ‘Ali tak pernah sibuk mengurusi masalah hati,

meski mungkin telah ada pertanda dari masing masing rasa, tapi mereka enggan di buat sibuk olehnya..

seperti Fatimah yang tak sedetikpun menggalau dengan perasaannya..

ia sibuk menjadi sosok pembela terdepan bagi jihad sang Ayah..

ia sibuk mengganti peran sang almarhumah ibunda, Khodijah..

dari mulai mengurusi dapur sampai berdakwah..

begitu juga ‘Ali..

tak pernah menyadari ternyata ada sosok yang telah di condongi oleh sang hati..

ia sibuk memantaskan diri agar berperan dalam Islam yang sedang mengalami uji dan caci..

sibuk menjadi pemuda gagah nan berilmu agar dapat berperan meski di balik selimut yang terancam mati..

jadi wahaii diri,

berhenti mencari, tapi pelajari..

ingat selalu pesan cinta yang jauh jauh telah disampaikan sang Ilahi Robbi,

bahwa yang baik, pasti akan bersama yang baik..

ambil pesannya dan amalkan,

hingga waktu yang akan mengungkap rahasia besar,

meski tak seindah Fatimah dan ‘Ali,

setidaknya Alloh ridho, dengan niatmu yang ingin menjaga hati..

September, 2014

Kisah Inspiratif

bismillah..
bada tahmid wa sholawat..

siang kemarin, ada seorang ustadz yang baru saya temui 2x berbagi sebuah kisah inspiratif.

“dulu, sewaktu saya muda..ya meskipun sekarang masih muda juga.. hehe..” ucap ustadz yang diselingi tawa kecil
“saya terbiasa melakukan perjalanan 2 bulan sekali bersama seorang sahabat. bermodalkan sepeda motor sederhana kami berangkat dari kota kami tinggal, Solo mengelilingi pulau jawa. Berdakwah, melihat kondisi umat islam, mengambil pelajaran dari tiap tempat yang kami singgahi.

tapi di satu waktu, tahun 2008 lebih tepatnya, Alloh memberi kami ujian. kami mengalami kecelakaan yang waktu itu membuat kaki saya patah dan urat nadi sahabat saya hampir putus. orang orang berdatangan memberi pertolongan. saya minta tolong untuk diambilkan air, karena biasanya air putih bisa membantu menenangkan diri. saya berikan air itu pada sahabat saya.

“ustadz, minum ini..” ucap saya pada sahabat yang sekaligus menjadi guru saya.
“sekarang jam berapa?” tanyanya.
“setengah 5 ustadz.”
“nanti saja minumnya, tanggung saya lagi daud.”
“tapi ini darurat tadz, Alloh pun memberikan rukhsokh.”
“nda apa apa. cuma gini doang ko.”

subhanalloh, padahal luka beliau jauh lebih parah saat itu. tapi mati dalam keadaan berpuasa lebih ia sukai dibanding harus membatalkan puasanya.

singkat cerita, beberapa jam kemudian kami dibawa kerumah sakit untuk dioperasi. saya dibawa ke ruangan yang di dalamnya terdapat pasien pasien yang sedang dibius. qodarulloh, waktu itu saya hanya dibius lokal dari perut ke bawah, karena yang luka di bagian kaki saya. dalam keadaan seperti itu, saya mendapat pelajaran yang luar biasa. ternyata, meski semua orang didalm ruangan itu terbius tapi mulut mereka tetap mengeluarkan kata kata.

ada seorang pasien wanita, dari lisannya keluar kata kata yang isinya rayuan. seperti seorang wanita “nakal” yang menggoda laki laki. naudzubillah
di sebelah wanita itu ada juga seorang laki laki, katanya dari pesantren. tapi lisannya justru keluar kata kata kasar, isinya kebun binatang. suster yang menanganinya sempat kesal memaksa anak itu berhenti dan menggantinya dengan istighfar, sholawat, dan sebagainya meskipun anak itu tidak sadar.

dari situ saya ketakutan, saya berdoa “ya Alloh jangan biarkan saya dibius total.” saya takut yang keluar dari lisan saya tak ubahnya seperti dua lisan yang saya dengar tersebut.

tapi ada satu orang yang lisannya mengeluarkan kalimat kalimat thoyyibah. masyaa Alloh. menangis saya dibuatnya. dalam kondisi tidak sadar pun yang diingat Alloh, bagaimana dalam kondisi sadarnya? ya, orang itu adalah sahabat sekaligus guru saya. Allohu Akbar. sodaqta ya Alloh !

maha benar Alloh bahwa kelak ketika kita dibangkitkan, yang berkata bukan lagi lisan yang menipu. tak ada lagi yang mampu menutupi aib aib kita. semuanya dibuka, semuanya menjadi saksi.

QS. An Nuur 24

يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴿٢٤﴾
“Yauma tasyhadu `alaihim alsinatuhum wa aidiihim wa arjuluhum bimaa kaanuu ya`lamuuna”.

”pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan”.

QS. Yaasiin 65.

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰ أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ﴿٦٥﴾
“Al yauma nahtimu `alaa afwaahihim wa tukallimunaa aidiihim wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanuu yaksibuuna”.

”Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”

lalu pertanyaanya, bagaimana dengan kita? apa yang akan keluar dari lisan kita ketika kita tidak sadar? akan seperti apa anggota badan kita bersaksi atas diri kita nanti?
jawabannya dikembalikan lagi pada kita. yuk, instropeksi
semoga bermanfaat dan bisa diambil pelajaran.

Untukmu Lelaki

Wahai lelaki yang tentram dalam ketaatan..

Kulihat bersyair sangat kau gemari saat ini..
Kau bawa seluruh perbendaharaanNya untuk mewakili sang rasa..

Tapi sesungguhnya siapa yg kau tuju disana ?

Tahukah,
Wanita yang juga tentram dalam ketaatan tak lagi butuh syair syair penyanjungan..
Tak butuh tanda tanda dr setiap bait kata yg kau coba siratkan..

Mereka yang sekedar berkata, pasti akan tergantikan dengan seorang yang datang dengan pembuktian..

Jadi..
Duhai lelaki yang tentram dalam ketaatan..
Kenapa harus berlelah lelah keluar dan terjerumus dalam pusaran kegalauan ?
Simpan saja gemuruh rasa itu sendiri..
Sampai kau punya nyali untuk menemui sang wali..

Kembalikan Dakhwah ke Jalan yang Benar

ku tulis ini, sebagai penghilang dahaga bagi iman iman kita yang kian kerontang..
ku minta fatwa pada hati, dan ternyata sudah banyak kesalahan sana sini..

Sekali lagi, ku menyaksikan kekejaman sepi..
Lagi lagi satu jiwa hampir mati ..
Tak kenal bahagia..

Meski disini terlihat ramai,
Tapi mereka hanya lalu lalang,,
Tak ada kepedulian..
Dia pergi pun tak ada yg sadar,
mungkin sadar, tapi hanya diam..

Bahkan janji yang selama ini membuatnya bertahan..
Ia lepas begitu saja untuk kemudian ditinggal pergi..

Di titik ini ku ambil pelajaran..

bahwa..
yang harus ku ketahui

dakwah itu adalah seruan..
yang setelahnya berlanjut pada pembinaan..
bukan sekedar ajakan yang ketika dia mengikuti lantas dilepaskan..

karena

setiap kita yang berada di jalan dakwah..
hakikatnya sama seperti ibu yang merindukan seorang anak..
rindu dengan mereka yang menyambut seruan kita..
ya meski tugas kita hanya menyampaikan..
meski melahirkan anak dr rahim seorang istri bukanlah kewajiban..
meski karunia hidayah, karunia anak tetaplah hak Alloh semata..
tapi rindu terhadap mereka penyambut dakwah juga tak bisa dihilangkan..
benar bukan ??

setiap malam berdoa, meminta..
agar dakwah disambut pelukan..
agar dalam rahim terjadi pembuahan..
lantas ketika Alloh qobul, lalu apa anak itu kita biarkan ??
apa mereka yang menyambut seruan kita, kita tinggalkan ??

harusnya kita paham..
dan ku rasa semua orang disini pasti paham, bahwa tugas ibu bukan hanya melahirkan..
tapi juga merawat, mendidik sampai ia menjadi generasi rabbani..

dan memang disanalah letak point utamanya..
di tiap usaha seorang ibu dalam mentarbiyah anaknya .
di tiap pengorbanan harta dan jiwanya dalam mengenalkan Alloh pada anak2nya..
menancapkan tauhid di titik dasar pemikirannya..
barulah Alloh menaruh syurga dalam telapaknya..

syurga, yang sama mulianya dengan onta merah yang dijanjikan pada para pendakwah..
pendakwah yang bersungguh2 mengemban amanah..
yang juga berkorban dr mulai waktu harta dan jiwanya..

ya.. sangat berharga hadiah syurga dan onta merah yg Alloh janjikan..
sebab tak mudah, sebab butuh waktu lama..

maka aku tak heran..
ketika..
Sebaik apapun suatu lingkungan..
Seshalih apapun orang orang didalamnya..
namun tak dapat menghasilkan generasi yang berikutnya..
namun justru Alloh ambil kembali amanah yg telah dititipkanNya..
sebab tak dikasih makan, tak ada pembinaan dan penjagaan..

Maka kutulis ini pada kalian yang masih mau meikirkan dan memakai perasaan..
kutulis ini pada kalian yang masih memiliki kepekaan..

belajarlah untuk lebih peduli..
sebab kepedulian itu amatlah penting,
Kesadaran untuk berbagi haruslah dimiliki seorang beriman..
Jangan seperti ini, jika tak mau terus menerus kehilangan..

-JR- 08 September 2014

Edisi Dakwah : Ini Bukan Jalan Dakwah

oleh : j ranaa

Bismillah

“ane ga bisa lepasin dia, kalo ane lepasin khawatir dia ga istiqomah lagi..”

he to the lo, hellooooo ??
ada yang pernah denger ucapan kaya gitu? kalo pernah, pasti rasanya kaya ngeliat dede bayi ya? gemesss.

gimana engga? ucapan kaya gitu ga jarang keluar dari lisan para kader dakwah, lisan yang pada lain waktu juga digunakan untuk menyeru pada kebaikan. astaghfirullah, miris memang. Sayang sekali, ga sedikit kader yang membawa dakwah ini keluar melewati batasnya. Mentolelir segala bentuk maksiat mengatasnamakan dakwah. Pacaran islami? tetap tak indah didengar meski istilahya ditambah dengan keislamian.

Mungkin sudah sangat amat sering masalah ini diangkat, dibahas, atau ada istilah “dijembrengin”. Saya juga sudah banyak membacanya di beragam media. tapi karena belum lama dapet kabar mengejutkan dari salah satu sahabat, jadi deh berusaha untuk menjelaskan kembali.

Kalau selama ini kita sering dibuat geram dengan masalah ini, dan mencaci maki dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Maka kali ini saya ingin mengajak kalian semua berhusnudhan, kita dakwah dengan lemah lembut dan penuh hikmah oke ? ciattt~

1. Pertama, untuk para “tersangka” kader yang pacaran kita berhusnudhan mungkin dia belum tau ada larangan mendekati zina *selama ini ngapain aja? 😀
nih deh dikasih tau ayatnya..
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. 17:32)

2. Kalo udah tau trus dia ngeles “ah saya ga zina ko, kan pacarannya islami ga mungkinlah berbuat zina.” ckck, kita husnudhan mungkin dia belum tau bagian-bagian zina apa aja kali ya, fix deh dikasih tau lagi ni..
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Telah ditulis bagi setiap bani Adam, bagian dari zina pasti dia akan melakukannya
kedua mata, zinanya adalah memandang
kedua telinga, zinanya adalah mendengar
Lidah (lisan), zinanya adalah berbicara
tangan, zinanya adalah memegang
kaki, zinanya melangkah
sementara Qalbu berkeinginan dan berangan-angan maka kemaluanlah yg membenarkan (merealisasikan) hal itu atau mendustakannya.” (HR. Al- Bukhori [5889] dari Ibnu Abbas dan Muslim [2657] nah, jadi pacaran mau islami mau engga tetep aja terkena bagian dari zina itu sendiri. minimal dia udah terkena dosa lalai dari mengingat Allah karena lebih sering mikirin dan komunikasi ama si dia. Kan ga mungkin yang haq dan yang batil berjalan beriringan kan???

3. Udah tau nih bagian-bagian dari zina, tapi masih tetep jalanin hubungan yang mendekati zina ituu? hemm, mungkin ayat ini dia belum tau.
“Dan siapakah yang lebih zalim, daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Rabb-nya, lalu dia berpaling darinya dan melupakan apa yang dikerjakan oleh kedua tangannya. Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahami (kebenaran)nya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” – (QS.18:57)

nah loh, serem ya? udah jelas kayaknya, jadi ga perlu dijelasin lagi ya,,

4. Dia udah tau semuanya malah suka menyampaikan, tapi tetep sendirinya ga menjalankan? haduh, mungkin ayat ini yang belum tau.
“Hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang idak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu dapat mengatakan apa-apa yang tidak kamu perbuat.” – QS. 61:2-3

5. Masih keukeuh juga? yaudah, kasih unjuk tulisan ini. dan kalo malah marah? ga terima? biarin aja, sekarang boleh marah tandanya dia mendengarkan. boleh jadi esok lusa dengan pikiran jernih dia kembali memikirkan dan akhirnya mengamalkan.

Ikhwah fillah, dakwah ini memang penuh godaan. banyak tipuan-tipuan yang dibuat oleh setan. Dakwah ini juga memang sebuah jalan yang mendaki lagi sukar, meski begitu mau seberapapun sukar dan terjalnya, tatap saja dakwah ini adalah sebuah jalan yang lurus. Tak boleh dibengkokkan sekehendaknya. Yang haq sudah jelas, begitupun yang bathil, maka jangan dicampuradukkan demi memenuhi hawa nafsu. karena hawa nafsu, seberapapun indahnya, tetap saja akan berakhir dengan kebinasaan.

Maka kepadamu yang merasa bertanggung jawab dalam menyampaikan/memberi peringatan, mari kita kembalikam dakwah ke jalan yang benar. Buang jauh-jauh maksiat yang kita pertahankan dengan mengatasnamakan dakwah.

Bohong jika seseorang mengajak berhubungan, memberi harapan, atau janji-janji untuk menikah padahal masih lama berkata, “aku mendekatimu dalam rangka dakwah, dan aku mencintaimu karena Allah.” ck..
Kalau karena Allah, memang Allah pernah menyuruh dakwah dengan pacaran? atau apalah itu yang kalian namakan. selama kegiatan didalamnya sama, maka dosanya pun sama! percuma kalo saat ini perhatian bahkan ingetin ibadah biar dapet pahala, padahal tanpa sadar dia sedang menabung dosa diakhirat kelak.

stop pembenaran apapun soal pacaran, hts’n, dan sejenisnya! ini bukan jalan dakwah! cari kebenaran sesungguhnya, jangan gunakan alibi bahwa tak ada manusia yang sempurna sehingga mampu untuk melabel-halalkan istlah pacaran. hawa nafsu bisa dikendalikan, iman juga bisa diarahkan. Jadi, tak ada toleransi bagi dosa yang dilakukan secara sadar, mari kita kembalikan semua kepada Al Quran dan As Sunnah. Biarkan akar fitrahmu untuk berdiin lurus ini mencari asupan, agar tumbuh dan menghasilakam amalan-amalan yang benar lagi dianjurkan.
yuk, kembalikan dakwah ke jalan yang benar!

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata (QS al-Ahzab [33]: 36).

 

Menikah, Seindah Itu-kah?

oleh : j ranaa

Assalamu’alaikum!

ba’da tahmid wa sholawat.
yang liat judulnya jangan heran yaa, nikah lagi nikah lagi..hehe
sebenernya dilema juga pas mau posting, takut ada yang nyeletuk “duh ukhtiii, ga ada bahan lain apa? udah ngebet yaaa?” azzzztt -__-”
biasanya, oknum yang suka jail begitu tuh ada 2, namanya sama lagi.. inisialnya sama sama ayu! alamak!! *ampuuunn ukhtiiii 😀

jadi gini, ceritanya lagi merenung didepan warung, topang dagu diatas etalase yang mulai berembun. mandangin gerimis diantara langit senja yang mulai memerah. bersama pikiran yang mulai melayang, desir angin datang mengantarkan kata yang indah ditelinga, pernikahan! uaahh, indahnyaa.. malah kalo kata ukh linda, kata itu ibarat buah yang amat ranum di tepi penantian sana. subhanalloh, tapi apa benar seindah itu? ya, mungkin indah saat didengar, tapi menurutku belum tentu indah saat diwujudkan. terlebih, niat untuk mencapainya hanya karena membayangkan yang indah-indah saja! yaiyalah, gimana engga? wong kalo ditanya alesan pengen nikah muda jawabannya begini :
kalo kata si akhwat, “biar kemana-mana ada yang nemenin, ada yang anter..”
“biar ada yang mijit kalo cape, ada yang masakin kalo laper..” yang ini kata si ikhwan
atau yang rada keren, “biar pas akhir sholat, pas salam tengok kanan kiri, ada bidadari..” uhuy!

ga ada yang salah dengan semua alasan itu. tapi, yuk ah buka pikirannya lebih luas! jangan karena keindahan semata, sel sel diotak kita jadi menyempit. menikah itu, butuh ilmu dan kesiapan. karena nikah penyempurna separuh diin, setiap hal bernilai ibadah, ibadahnya juga bukan sebentar alias luamma! sholat aja, ibadah yang sebentar godaannya banyak, apalagi nikah. right?

dan jangan mentang-mentang udah ngebet, ga boleh liat yang sholeh dikit. sekalinya ngeliat, buru-buru ambil hp. ‘nomer ustadz mana nomer ustadz?’ langsung ketik+kirim
“ustadz, ana siap nikah!” nah loh, ampe lupa kan tuh ketik salam? astaghfirulloh..
eh pas taarufan, ada sesi tanya jawab. akhwatnya tanya, “kenapa akhi pilih saya?. ikhwan bingung ceritanya, mikirrrr. aha! tring. kelontar jawaban, “karena Alloh ukh..” uuuhhh, kedengerannya mah so sweet, padahal karena mentok gada jawaban lain! kalo udah gitu, kasian deh akhwatnya. hatinya mah udah terbang, taunyaaa… naudzubillah >,<

ikhwah fillah..
pernikahan itu ga asal. bukan di saat kita sudah menginginkannya, maka disaat itu juga kita sudah mampu melaksanakannya, butuh proses. memang harus di segerakan, tapi bukan tanpa ilmu dan persiapan. Alloh malah ga suka kali kalo sembarangan.

jadi, kalo emang saat ini riak-riak hasrat itu mulai muncul, maka yang dilakukan bukan larut bahkan tenggelam di dalamnya. bukan sibuk mesem2 nikmatin tempo jantung yang naik turun tiap kepikiran pernikahan. bukan ribet ngebayangin kayak apa jodoh yang udah disiapkan? kayak apa hal2 indah nanti saat rumah tangga dijalankan?? hush..hush.. hapus pikiran itu jauh-jauh!

yang harus dilakukan adalah ambil wudhu, gelar sajadah. istikhoroh, moga hasrat itu bukan sekedar nafsu yang menjerumuskan, minta agar benar-benar dimampukan. dan bismillahi tawakkaltu, dengan tenang barulah melapor kepada murobbi, katakan kesiapan kita tersebut. terus, jodohnya ga mungkin langsung datang begitu aja kan?? nah, ini dia masa yang disebut dengan penantian. di masa inilah kita, lajangiyyun memaksimalkan usaha meningkatkan kualitas diri. dari mulai amalan wajib sampai sunnah, semuanya semampu kita!

sampai akhirnya Alloh menyampaikan kita pada proses taaruf, taaruf yang sesungguhnya! pasti beda deh sama versi pertama tadi. kali ini, ga bakal ada lagi yang namanya gelagapan. sebab setiap prosesnya kita lalui dengan benar, sampai memilih calon yang dihadapan kita pun sudah melalui proses do’a, istikhoroh. jadi ketika pertanyaan yang sama dilontarkan, “kenapa akhi memilih saya?” kita dapat mengatasnamakan Alloh sebagai jawaban. tentu karena kita sudah yakin dan paham, bukan karena mentok ga ada jawaban! he he

hey ikhwah! jangan pernah ya membawa-bawa nama Alloh hanya ketika kau tak memiliki alasan, ketika kau tak berilmu. kau harus paham benar, apa maksud dan konsekuensinya! jangan hanya ingin dipandang keren.

nah, udah kepanjangan kayaknya ya..
akhir catatan, saya cuma mau pesen. nikah itu, sunnah yang harus disegerakan kan ya?. maka bukan cari calonnya yang didahulukan, tapi pelajari ilmu dan kesiapan yang menjadi titik berat penyegeraannya. sebab jika ilmu dan kesiapan sudah ditangan, maka pernikahan dapat dengan segera kau laksanakan. terus, jangan sia-siain kalo ada seminar/kajian pra nikah apalagi yang gratisss! he he, buat yang masih SMA/SMK juga dateng aja lagi, gausah malu. emangnya kenapa? malah keren, siapa tau pas lulus udah ada yang jemput. hihiii

sekian dari saya, maaf ya kata-katanya abstrak. entar baku entar engga. maklum, saya amatir! hihi
wassalamu’alaikum.