Archive | September 2014

Selamat Tinggal, Mimpi!

semalam dia lupa
bahwa mimpi bukanlah matahari
yang pasti bersinar esok pagi

meski sudah sangat dekat,
sudah ada di pelupuk mata,
ya..pelupuk mata yang masih terpejam tapi

dan apa selanjutnya?

fajar tadi dia terbangun, bersama mimpi yang sudah terlantar kemudian pergi
miliknya? ya kecewa, lagi lagi

astaghfirullah, ampun Rabbi..

sudah nelangsa karena mimpi, apa mau putus asa menjemput mati? tidak!!

saatnya kembali, kepada dzat pembolak balik hati..
ambil wudhu, qiyamul lail
menangislah, sibuk dalam isak!
hidupkan kembali hati, yang semula padam tak bercahaya

dan katakan pada diri sendiri
jangan lagi berharap pada yang tak pasti
selamat tinggal mimpi!

Yang tak Indah, Dendelion

by : just me, j ranaa

“uhibbuki fillah, ukhti..”
kata yang indah, kapan terakhir aku terima? mungkin jika kata itu diukir diatas kayu, sudah hilang tertutup debu..

pada akhirnya, aku kembali mengenang masa lalu. rindu padamu, ukhti.

sekarang mungkin kita berbeda. tapi tak bisakah tetap bersama?
aku tahu, menuntut ilmu tak cukup disatu tempat, aku tahu setiap harinya kita bertemu dengan orang orang yg berbeda, berada di lingkungan yang tak lagi sama.

tapi orang bilang, perbedaan itu indah. kenapa justru terasa pahit untukku?

tahukah yang aku rasa?
ketika kau bertemu dengan orang orang baru, aku menunggumu. menunggu ajakanmu untuk meperkenalkaku dengan mereka, karena aku terlalu malu untuk meminta..
dan ketika kau mendapat tambahan ilmu tiap waktunya, aku pun menunggu, menunggumu untuk berbagi denganku, karena aku terlalu malu untuk meminta..

ya..aku menunggu, menunggumu seperti dandelion.
yang tak dilihat karena tak indah, tak punya kelopak.
terlalu rapuh, baru diterpa angin sedikit sudah berterbangan.

tapi tak masalah jika kita tak lagi sama, aku mau belajar untuk menghargai pilihanmu.

aku mau belajar menghargai perbedaan itu..

dan ku harap, kau tak perlu menjauh.

kau ingat kan saat kita pernah dijalan yang sama?
dan kau juga ingat kan apa yang kita tuju diujung jalan sana?

tujuan kita masih sama, hanya jalannya yang sedikit berbeda. dan apa itu suatu masalah? tidak, untukku.

bahkan ketika angin menerbangkanku, aku kembali dengan benih baru. aku bisa bertahan.

jadi, tak perlu menjauh.
aku bisa tetap hidup dimanapun itu. cukup kita saling berbagi, dan menghargai perbedaan ini. atau jika kebradaanku terlalu mengusik, aku hanya akan diam menunggu. tak usah memisahkan diri dan membuat kita berada di dua sisi. karena bagiku, itu terasa sakit.

rasanya seperti ada angin yang sengaja kau undang agar membuatku menghilang..

~maaf, itu dulu sekarang tak lagi

apapun yang telah kau dengar dari orang itu tentangku,
satu yang perlu kau garis bawahi.
yakni, itu masa lalu. tak perlu membawanya terlalu dalam.
anggaplah seperti bunga yang layu disebrang jalan.
tak usah dramatis, aku pun tak mau jatuh lagi seperti di masa lalu.
yang ku butuh kini,
adalah orang yang mau membersamaiku membangun rumah cinta sampai jannahNya.
dan itu tidak harus kau!
jadi, perlu kau tau.
sudah sangat lama ku ucapkan selamat tinggal pada yang lalu.
mungkin disebrang jalanmu masih ada bunga yang berjatuhan layu.
tapi kupastikan, itu bukan bungaku.

dah, gitu aja ~just.ranaa

Kisah Inspiratif

bismillah..
bada tahmid wa sholawat..

siang kemarin, ada seorang ustadz yang baru saya temui 2x berbagi sebuah kisah inspiratif.

“dulu, sewaktu saya muda..ya meskipun sekarang masih muda juga.. hehe..” ucap ustadz yang diselingi tawa kecil
“saya terbiasa melakukan perjalanan 2 bulan sekali bersama seorang sahabat. bermodalkan sepeda motor sederhana kami berangkat dari kota kami tinggal, Solo mengelilingi pulau jawa. Berdakwah, melihat kondisi umat islam, mengambil pelajaran dari tiap tempat yang kami singgahi.

tapi di satu waktu, tahun 2008 lebih tepatnya, Alloh memberi kami ujian. kami mengalami kecelakaan yang waktu itu membuat kaki saya patah dan urat nadi sahabat saya hampir putus. orang orang berdatangan memberi pertolongan. saya minta tolong untuk diambilkan air, karena biasanya air putih bisa membantu menenangkan diri. saya berikan air itu pada sahabat saya.

“ustadz, minum ini..” ucap saya pada sahabat yang sekaligus menjadi guru saya.
“sekarang jam berapa?” tanyanya.
“setengah 5 ustadz.”
“nanti saja minumnya, tanggung saya lagi daud.”
“tapi ini darurat tadz, Alloh pun memberikan rukhsokh.”
“nda apa apa. cuma gini doang ko.”

subhanalloh, padahal luka beliau jauh lebih parah saat itu. tapi mati dalam keadaan berpuasa lebih ia sukai dibanding harus membatalkan puasanya.

singkat cerita, beberapa jam kemudian kami dibawa kerumah sakit untuk dioperasi. saya dibawa ke ruangan yang di dalamnya terdapat pasien pasien yang sedang dibius. qodarulloh, waktu itu saya hanya dibius lokal dari perut ke bawah, karena yang luka di bagian kaki saya. dalam keadaan seperti itu, saya mendapat pelajaran yang luar biasa. ternyata, meski semua orang didalm ruangan itu terbius tapi mulut mereka tetap mengeluarkan kata kata.

ada seorang pasien wanita, dari lisannya keluar kata kata yang isinya rayuan. seperti seorang wanita “nakal” yang menggoda laki laki. naudzubillah
di sebelah wanita itu ada juga seorang laki laki, katanya dari pesantren. tapi lisannya justru keluar kata kata kasar, isinya kebun binatang. suster yang menanganinya sempat kesal memaksa anak itu berhenti dan menggantinya dengan istighfar, sholawat, dan sebagainya meskipun anak itu tidak sadar.

dari situ saya ketakutan, saya berdoa “ya Alloh jangan biarkan saya dibius total.” saya takut yang keluar dari lisan saya tak ubahnya seperti dua lisan yang saya dengar tersebut.

tapi ada satu orang yang lisannya mengeluarkan kalimat kalimat thoyyibah. masyaa Alloh. menangis saya dibuatnya. dalam kondisi tidak sadar pun yang diingat Alloh, bagaimana dalam kondisi sadarnya? ya, orang itu adalah sahabat sekaligus guru saya. Allohu Akbar. sodaqta ya Alloh !

maha benar Alloh bahwa kelak ketika kita dibangkitkan, yang berkata bukan lagi lisan yang menipu. tak ada lagi yang mampu menutupi aib aib kita. semuanya dibuka, semuanya menjadi saksi.

QS. An Nuur 24

يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴿٢٤﴾
“Yauma tasyhadu `alaihim alsinatuhum wa aidiihim wa arjuluhum bimaa kaanuu ya`lamuuna”.

”pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan”.

QS. Yaasiin 65.

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰ أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ﴿٦٥﴾
“Al yauma nahtimu `alaa afwaahihim wa tukallimunaa aidiihim wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanuu yaksibuuna”.

”Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”

lalu pertanyaanya, bagaimana dengan kita? apa yang akan keluar dari lisan kita ketika kita tidak sadar? akan seperti apa anggota badan kita bersaksi atas diri kita nanti?
jawabannya dikembalikan lagi pada kita. yuk, instropeksi
semoga bermanfaat dan bisa diambil pelajaran.

Untukmu Lelaki

Wahai lelaki yang tentram dalam ketaatan..

Kulihat bersyair sangat kau gemari saat ini..
Kau bawa seluruh perbendaharaanNya untuk mewakili sang rasa..

Tapi sesungguhnya siapa yg kau tuju disana ?

Tahukah,
Wanita yang juga tentram dalam ketaatan tak lagi butuh syair syair penyanjungan..
Tak butuh tanda tanda dr setiap bait kata yg kau coba siratkan..

Mereka yang sekedar berkata, pasti akan tergantikan dengan seorang yang datang dengan pembuktian..

Jadi..
Duhai lelaki yang tentram dalam ketaatan..
Kenapa harus berlelah lelah keluar dan terjerumus dalam pusaran kegalauan ?
Simpan saja gemuruh rasa itu sendiri..
Sampai kau punya nyali untuk menemui sang wali..

Kembalikan Dakhwah ke Jalan yang Benar

ku tulis ini, sebagai penghilang dahaga bagi iman iman kita yang kian kerontang..
ku minta fatwa pada hati, dan ternyata sudah banyak kesalahan sana sini..

Sekali lagi, ku menyaksikan kekejaman sepi..
Lagi lagi satu jiwa hampir mati ..
Tak kenal bahagia..

Meski disini terlihat ramai,
Tapi mereka hanya lalu lalang,,
Tak ada kepedulian..
Dia pergi pun tak ada yg sadar,
mungkin sadar, tapi hanya diam..

Bahkan janji yang selama ini membuatnya bertahan..
Ia lepas begitu saja untuk kemudian ditinggal pergi..

Di titik ini ku ambil pelajaran..

bahwa..
yang harus ku ketahui

dakwah itu adalah seruan..
yang setelahnya berlanjut pada pembinaan..
bukan sekedar ajakan yang ketika dia mengikuti lantas dilepaskan..

karena

setiap kita yang berada di jalan dakwah..
hakikatnya sama seperti ibu yang merindukan seorang anak..
rindu dengan mereka yang menyambut seruan kita..
ya meski tugas kita hanya menyampaikan..
meski melahirkan anak dr rahim seorang istri bukanlah kewajiban..
meski karunia hidayah, karunia anak tetaplah hak Alloh semata..
tapi rindu terhadap mereka penyambut dakwah juga tak bisa dihilangkan..
benar bukan ??

setiap malam berdoa, meminta..
agar dakwah disambut pelukan..
agar dalam rahim terjadi pembuahan..
lantas ketika Alloh qobul, lalu apa anak itu kita biarkan ??
apa mereka yang menyambut seruan kita, kita tinggalkan ??

harusnya kita paham..
dan ku rasa semua orang disini pasti paham, bahwa tugas ibu bukan hanya melahirkan..
tapi juga merawat, mendidik sampai ia menjadi generasi rabbani..

dan memang disanalah letak point utamanya..
di tiap usaha seorang ibu dalam mentarbiyah anaknya .
di tiap pengorbanan harta dan jiwanya dalam mengenalkan Alloh pada anak2nya..
menancapkan tauhid di titik dasar pemikirannya..
barulah Alloh menaruh syurga dalam telapaknya..

syurga, yang sama mulianya dengan onta merah yang dijanjikan pada para pendakwah..
pendakwah yang bersungguh2 mengemban amanah..
yang juga berkorban dr mulai waktu harta dan jiwanya..

ya.. sangat berharga hadiah syurga dan onta merah yg Alloh janjikan..
sebab tak mudah, sebab butuh waktu lama..

maka aku tak heran..
ketika..
Sebaik apapun suatu lingkungan..
Seshalih apapun orang orang didalamnya..
namun tak dapat menghasilkan generasi yang berikutnya..
namun justru Alloh ambil kembali amanah yg telah dititipkanNya..
sebab tak dikasih makan, tak ada pembinaan dan penjagaan..

Maka kutulis ini pada kalian yang masih mau meikirkan dan memakai perasaan..
kutulis ini pada kalian yang masih memiliki kepekaan..

belajarlah untuk lebih peduli..
sebab kepedulian itu amatlah penting,
Kesadaran untuk berbagi haruslah dimiliki seorang beriman..
Jangan seperti ini, jika tak mau terus menerus kehilangan..

-JR- 08 September 2014