Arsip

Assalamu’alaikum, Ksatria

Assalamu’alaikum..

ksatria, bagaimana dengan hari ini?
masihkah ceriamu mengayun dan menari..??

ada kisah baru yang hendak kuceritakan..
namun ku yakin kau tahu tanpa harus kuberikan latar belakang..

ksatria,
seperti kubilang..
kita sama-sama tahu..
bahwa kita, tk pernah meminta untuk berlabuh disini..
karena Robb Yang Maha Pengasihlah hati-hati kita kini terpaut dan saling mengambang..

mengambang…bukan berarti terombang-ambing..
hnya sedang dalam penantian yang tersulam kesabaran..
alhamdulillah..

ksatria..
kitapun tak pernah menyangka..
dihadapkan dengan wajah wajah ini, disini..
tapi sekali lagi, memang karena Robb Yang Maha Pengasihlah..
kita bersamayam, tinggal bersama wajah-wajah ini..

berbagi suka, duka..
mengukir sejarah masing-masing..
dan mencoba bertahan, agar nantinya kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang istiqomah..

ksatria..
wajah wajah teduh ini..
benar benar melindungi..
memberiku bgitu banyak arti..

berbagi..
menyumbang kekuatan yang aku miliki sedang mereka tidak..
dan..begitu pula sebaliknya..

ksatria..
kita pun sama sama tidak mengetahui..
dengan siapa akhirnya iman kita menjdi sempurna..
bahkan denganmu, aku pun tak tahu..

hanya berusaha yakin, tanpa mengartikan sendiri..

ksatria, mungkin orang lain bingung..
tak mengerti maksud dari semua perkataanku ini..

tapi biarlah, aku hanya bisa tersenyum..
yang terpenting..
kita sama-sama mengerti..
dengan hati hati kita yang memang sudah terpaut, bahkan dari jauh-jauh hari sebelum kita dilahirkan kebumi..

J Ranaa || Februari 2013

Senja Merah

langit senja yang kemerahan,
tampak membara seperti hati seorang bujang,
dengan guratan jingga menjalar,
membentuk nadi pertanda kehidupan.

nadi itu memompa baranya,
menguapkan asap yang melambung bersama angin.
semilir, membisikkan kata indah.
menggelayut lembut di kedua daun telinganya.

kata apa yang amat mempesona seperti senja merah itu????

kepadamu wahai hati yang merindu..
pasti tahu, jawaban apa yang kumaksud itu..

J Ranaa || Penghujung Senja, Februari 2014

Bertahan

wahai diri..
jangan pernah bermain dengan sebuah rasa..
mentergesai untuk sekedar mencicipi keindahannya..
jangan tertipu dengan terlalu dini memakluminya sbg sebuah fitrah..

memang indah ketika mendapati sinyal2 rasa dari dia yang ada di sebrang sana..
hingga dinding yang semula kita pasang dengan tebal..
perlahan terkikis dan membuat kita ingin membalas sinyal tersebut..

sabarlah wahai diri..
jangan dudukkan fitrah itu dibawah nafsu..

bangun lagi dinding pertahanan yg telah kau pasang..
dan tancapkan keyakinan, bahwa mentergesai kenikmatan dalam ikatan yg belum halal..
hanya akan membuat rasa di depan terasa hambar..

seperti berpuasa, kata ustad salim..
ada dua kebahagiaan atasnya, yaitu saat berbuka dan saat perjumpaan dengan Robbnya..

maka tetaplah pada keterjagaanmu..
mungkin rasa itu terlihat ranum, bagai buah nun jauh disana..
tp tetaplah tak halal jika kau makan tanpa ijin pemiliknya..

sabarlah..
ikhlaskan hatimu untuk menuruti aturanNya..
agar Alloh pisahkan hatimu dengan kasih sayangnya..
agar tak lagi samar dalam mebedakan mana fitrah dan nafsu yg terselubung oleh setan..

J Ranaa

Rumah Ini

Robbi,

ku ingat saat mereka meminta agar kami menghuni rumah ini
ku ingat saat mereka berharap agar kami berjuang dan jangan pernah pergi

dulu..
ketika matahari mulai meninggi, mereka hadir untuk sekedar menyapa atau menanyakan kondisi iman kami
kemudian ketika bulan hampir sempurna terlihat dari bumi, mereka hadir agar kami terjaga dan selalu menyemangati

dan aku mensyukuri, yang lain juga sepertinya sama..
tapi. sayang semua itu terjadi hanya dalam bilangan hari..

padahal kami, belum sempat mengenal lebih jauh tentang rumah ini
kami lapar dan haus pun mereka tak ada yg mengetahui
mungkin sibuk
dan memang sibuk

tapi bagaimana ? kami belum bisa makan sendiri

bahkan banyak tamu yang singgah, kami bingung bagaimana harus melayani

hingga belum sempat mendapat jamuan, mereka terlanjur pergi

Robbi..

mungkin ini salah satu bentuk tarbiyahmu pada kami..

pasti ada hikmah yg Kau ingin kami untuk insyafi..
pasti ada putih dibalik kelabu yang sedang menaungi atap rumah ini..

Maka padaMu kini , kami kembali..
belajar mengikhlaskan mereka yg telah pergi..
belajar meyakini bahwa akan ada yg lebih baik sbg pengganti..

ya..
mungkin memang ini jalanMu untuk menjaga tauhid kami agar tetap murni..
karena mengharap pada orang sholeh bisa menjadi ilah lain yg kami ibadahi..

J Ranaa || September 2014

Ini Bukan Jalan Dakwah

ku tulis ini, sebagai penghilang dahaga bagi iman iman kita yang kian kerontang..
ku minta fatwa pada hati, dan ternyata sudah begitu banyak dimdimg yg berlubang..

Sekali lagi, ku menyaksikan kekejaman sepi..
Lagi lagi satu jiwa hampir mati ..
Tak kenal bahagia..

Meski disini terlihat ramai,
Tapi mereka hanya lalu lalang,,
Tak ada kepedulian..
Dia pergi pun tak ada yg sadar,
mungkin sadar, tapi hanya diam..

Bahkan janji yang selama ini membuatnya bertahan..
Ia lepas begitu saja untuk kemudian ditinggal pergi..

Di titik ini ku ambil pelajaran..

bahwa..
yang harus ku ketahui

dakwah itu adalah seruan..
yang setelahnya berlanjut pada pembinaan..
bukan sekedar ajakan yang ketika dia mengikuti lantas dilepaskan..

karena

setiap kita yang berada di jalan dakwah..
hakikatnya sama seperti ibu yang merindukan seorang anak..
rindu dengan mereka yang menyambut seruan kita..
ya meski tugas kita hanya menyampaikan..
meski melahirkan anak dr rahim seorang istri bukanlah kewajiban..
meski karunia hidayah, karunia anak tetaplah hak Alloh semata..
tapi rindu terhadap mereka penyambut dakwah juga tak bisa dihilangkan..
benar bukan ??

setiap malam berdoa, meminta..
agar dakwah disambut pelukan..
agar dalam rahim terjadi pembuahan..
lantas ketika Alloh qobul, lalu apa anak itu kita biarkan ??
apa mereka yang menyambut seruan kita, kita tinggalkan ??

harusnya kita paham..
dan ku rasa semua orang disini pasti paham, bahwa tugas ibu bukan hanya melahirkan..
tapi juga merawat, mendidik sampai ia menjadi generasi rabbani..

dan memang disanalah letak point utamanya..
di tiap usaha seorang ibu dalam mentarbiyah anaknya .
di tiap pengorbanan harta dan jiwanya dalam mengenalkan Alloh pada anak2nya..
menancapkan tauhid di titik dasar pemikirannya..
barulah Alloh menaruh syurga dalam telapaknya..

syurga, yang sama mulianya dengan onta merah yang dijanjikan pada para pendakwah..
pendakwah yang bersungguh2 mengemban amanah..
yang juga berkorban dr mulai waktu harta dan jiwanya..

ya.. sangat berharga hadiah syurga dan onta merah yg Alloh janjikan..
sebab tak mudah, sebab butuh waktu lama..

maka aku tak heran..
ketika..
Sebaik apapun suatu lingkungan..
Seshalih apapun orang orang didalamnya..
namun tak dapat menghasilkan generasi yang berikutnya..
namun justru Alloh ambil kembali amanah yg telah dititipkanNya..
sebab tak dikasih makan, tak ada pembinaan dan penjagaan..

Maka kutulis ini pada kalian yang masih mau meikirkan dan memakai perasaan..
kutulis ini pada kalian yang masih memiliki kepekaan..

belajarlah untuk lebih peduli..
sebab kepedulian itu amatlah penting,
Kesadaran untuk berbagi haruslah dimiliki seorang beriman..
Jangan seperti ini, jika tak mau terus menerus kehilangan..

J Ranaa || September 2014

Rindu

aku pun pernah merindu..
seperti bunga yang hampir layu dipenghujung tahun..

aku pun pernah merindu..
seperti padi yang hampir menguning di penghujung musim .

aku pun pernah merindu..
seperti senja yang hampir hilang ditelan deburan ombak..

aku pun pernah merindu..
seperti embun yang hampir jatuh di mulut daun..

tapi..
apa rindu akan sirna jika ku bingkai dengan kata kata ??

apa akan terobati jika ku balut dengan ribuan puisi..

tidak !!
bahkan yang kurindukan, akan menyuruh ku untuk menyimpan rindu itu sendiri…
tak layak untuk diumbar..
karena sejatinya rasa, tak akan padam jika tak kau tikam dengan kejam..

yakinlah..
dengan menyimpan rindu itu sendiri,
akan membuat yang dirindu semakin terjaga..
segala proses terasa mulia..

karena rinduku.
baik ku ucap atau tidak, tetap tak hilang.
sebelum tiba masa Alloh takdirkan..
bersama yang dirindu naik ke pelaminan..

j_ranaa || September, 2014

Hikmah Pagi : Satu sisi dari sebuah Syukur

rihlah sendirian itu terkadang memang diperlukan..
melihat wajah dunia dengan lebih jelas..
mengamati beragam penduduk bumi dari yang paling taat sampai tak merasa sedang berbuat maksiat..
membaca situasi, mengambil hikmah, dan mencocokkan kebenarannya dengan Al Qur’an..

seperti pagi ini.. di bawah pohon pohon kota Bogor yang sangat rindang.. dengan santai dia kendarai motor maticnya,
lihat kanan kiri.. memperhatikan jalan dan manusia disekitarnya..
melihat pemandangan seperti itu membuatnya mengilhami sesuatu..
ya, sesuatu yang sering terjadi namun jarang yang menyadari..

tentang syukur ..

“amat benar pepatah yang mengatakan, “sesuatu baru dirasa berharga ketika sudah tiada “..
seperti di minggu ini, dia mengingat ketika semua orang dari yang paling dekat dengannya sampai yang baru dikenalnya.. tiba-tiba merindukan masa lalu mereka.. merindukan segala hal dan orang – orang di masa lalunya.. hingga bernostalgia menjadi sesuatu yang amat berharga lagi bahagia.. rasanya ingin lebih lama bercengkrama dengan mereka yg berada di masa lalu itu..

tapi, kenapa mereka yg di masa kini seakan terabaikan? merasa tak ada artinya dengan sejuta kenangan di masa lalu itu.. padahal seindah apapun kenangan, ia hanya perlu tetap tersimpan. baik di hati ataupun di ruang kecil dalam otak kita.. tahukah, sadarkah? kerinduan kita yg amat besar terhadap masa lalu itu bisa jdi dikarenakan sikap kita yang tak menghargai setiap hal nya di masa kini.. karena pikiran kita di masa kini masih terperangkap di masa lalu..
jadi kepadamu yang menoleh kebelakang. cobalah sejenak tatap mereka yang berada disekitarmu saat ini..
mereka yang berarti namun dilupakan..
mereka yang peduli namun kau abaikan..
hargai mereka, sayangi mereka..
agar kelak tak menyesal, dn kmbali kau rindukan..”

hemm.. sejuknya bau embun dari dedaunan. semoga setiap wajah yang dia lihat hari ini, bisa senantiasa mensyukuri apa yang telah mereka miliki saat ini..
lanjut pulang ^^
9 Muharram 1436 jalan pemuda || jauzaatul ranaa

Lagi Lagi.. Cinta

Berbicara cinta,
pasti setiap jiwa dimasuki ruh ruh pujangga seketika,

kau harus setuju dengan pendapatku satu ini,

karena apa? Karena tidak ada hal semenarik cinta?

Benar kan, kau pasti senyum tiba tiba ‘-)

berbicara cinta,

semua berlomba lomba memaknainya..

seolah dia yang paling mengerti cinta, padahal setiap kita punya cinta yg berbeda..

Benar kan ?

Biarlah, cukup membuat kita asik sendiri didalamnya, sendiri…manis bukan??

Berbicara cinta,

sadarkah ?

Begitu banyak kata telah tertuang untuk menjabarkannya..

Dan tahukah ?

tetap saja, tdk dapat memenuhi tabung hasratnya..

Masih saja haus dalam dahaga..

Seolah tak pernah puas menggali pesona dibalik keagungannya..

Entah madu atau racun..

Yg jelas, memang membuat candu para penikmatnya..

Dan hakikat cinta, akan lebih mulia jika kita sadar sumber matanya..

Letak daripada Puncak kehormatannya..

Ya, siapa lagi.. Jika bukan kpd sang Maha Cinta..??

Dan jangan hinakan kau punya cinta..

Dengan hanya memperjuangkannya,

kepada makhluk yang hakikatnya terbuat dari setetes air yang hina..

Serahkan cintamu untukNya,
seutuhnya ~

Januari 2013 | j rana

Bu… ;(

Bu, tahukah?

Jika memang kau inginkan aku untuk berjuang,

tak bisakah kau restui jalan ini yg ku pilih untuk ku berjuang?

Bu, jika memang kau inginkan aku untuk maju,

tak bisakah kau biarkan langkahku disini, untuk terus maju?

Bu, jika kau inginkan aku berkorban,

tak bisakah jalan ini ku pertahankan dan tak menjadi korban?

Bu, tahukah?

Bukan karena luka di tangan yg aku takutkan,

karena ku tahu tak ada luka yg sebanding dgn usahamu melahirkanku,

tapi bu, tahukah ?

Bukan aku tak takut kehilangan dirimu,

tp aku lebih takut kehilanganNya karena perintahmu,

bu, tahukah ?

Ku kira kita tak butuh kata untuk saling percaya,

ku kira kita tak butuh janji untuk saling memahami,

apa karena tak ada lagi tali pusar yg menjadi pengikat kita?

Sehingga ruh ruh kita melemah, tak dapat saling sentuh dialam bawah sana?

Bu, bukan karena padamu ku tak cinta,

aku cinta, bahkan tak perlu ditanya,

tapi bisakah aku mewujudkannya dengan cara yg berbeda?

Agar ku juga tetap bisa menjaga cinta ini padaNya,

bu.. ‘(

 

Januari 2013 || J Ranaa

Tak Seperti Fatimah dan ‘Ali

ku baca kisah cinta terindah dari dua orang tercinta di sisi Nabi, Fatimah dan ‘Ali..

muncul tanya..

mengapa setelahnya tak ada lagi generasi cinta seperti Fatimah dan ‘Ali ?

yang seketika indah hanya dengan 1 nama yang selamanya terpatri,

bahkan dari sebelum mereka paham dengan getar apa yang hadir di hati,

sampai kemudian mereka bertemu dan akhirnya mati?

ya, nama indahnyaa..cinta abadi..

ahh..

mungkin, aku tak sesabar Fatimah dalam menahan diri untuk tak berharap pada manusia,

mungkin, aku tak sesabar Fatimah dalam menyimpan rasa agar tergantung rapi hanya padaNya,

ahh..

mungkin aku terlalu sibuk mencari

sampai entah sudah berapa ‘Ali yang singgah sana sini,

mungkin, dan memang sangat mungkin untukku dengan iman yang terperosok jauh di bawah Fatimah dan ‘Ali..

adal hal yang alpa dari keinsyafanku..

bahwa hakikatnya..

Fatimah dan ‘Ali tak pernah sibuk mengurusi masalah hati,

meski mungkin telah ada pertanda dari masing masing rasa, tapi mereka enggan di buat sibuk olehnya..

seperti Fatimah yang tak sedetikpun menggalau dengan perasaannya..

ia sibuk menjadi sosok pembela terdepan bagi jihad sang Ayah..

ia sibuk mengganti peran sang almarhumah ibunda, Khodijah..

dari mulai mengurusi dapur sampai berdakwah..

begitu juga ‘Ali..

tak pernah menyadari ternyata ada sosok yang telah di condongi oleh sang hati..

ia sibuk memantaskan diri agar berperan dalam Islam yang sedang mengalami uji dan caci..

sibuk menjadi pemuda gagah nan berilmu agar dapat berperan meski di balik selimut yang terancam mati..

jadi wahaii diri,

berhenti mencari, tapi pelajari..

ingat selalu pesan cinta yang jauh jauh telah disampaikan sang Ilahi Robbi,

bahwa yang baik, pasti akan bersama yang baik..

ambil pesannya dan amalkan,

hingga waktu yang akan mengungkap rahasia besar,

meski tak seindah Fatimah dan ‘Ali,

setidaknya Alloh ridho, dengan niatmu yang ingin menjaga hati..

September, 2014

Selamat Tinggal, Mimpi!

semalam dia lupa
bahwa mimpi bukanlah matahari
yang pasti bersinar esok pagi

meski sudah sangat dekat,
sudah ada di pelupuk mata,
ya..pelupuk mata yang masih terpejam tapi

dan apa selanjutnya?

fajar tadi dia terbangun, bersama mimpi yang sudah terlantar kemudian pergi
miliknya? ya kecewa, lagi lagi

astaghfirullah, ampun Rabbi..

sudah nelangsa karena mimpi, apa mau putus asa menjemput mati? tidak!!

saatnya kembali, kepada dzat pembolak balik hati..
ambil wudhu, qiyamul lail
menangislah, sibuk dalam isak!
hidupkan kembali hati, yang semula padam tak bercahaya

dan katakan pada diri sendiri
jangan lagi berharap pada yang tak pasti
selamat tinggal mimpi!

Yang tak Indah, Dendelion

by : just me, j ranaa

“uhibbuki fillah, ukhti..”
kata yang indah, kapan terakhir aku terima? mungkin jika kata itu diukir diatas kayu, sudah hilang tertutup debu..

pada akhirnya, aku kembali mengenang masa lalu. rindu padamu, ukhti.

sekarang mungkin kita berbeda. tapi tak bisakah tetap bersama?
aku tahu, menuntut ilmu tak cukup disatu tempat, aku tahu setiap harinya kita bertemu dengan orang orang yg berbeda, berada di lingkungan yang tak lagi sama.

tapi orang bilang, perbedaan itu indah. kenapa justru terasa pahit untukku?

tahukah yang aku rasa?
ketika kau bertemu dengan orang orang baru, aku menunggumu. menunggu ajakanmu untuk meperkenalkaku dengan mereka, karena aku terlalu malu untuk meminta..
dan ketika kau mendapat tambahan ilmu tiap waktunya, aku pun menunggu, menunggumu untuk berbagi denganku, karena aku terlalu malu untuk meminta..

ya..aku menunggu, menunggumu seperti dandelion.
yang tak dilihat karena tak indah, tak punya kelopak.
terlalu rapuh, baru diterpa angin sedikit sudah berterbangan.

tapi tak masalah jika kita tak lagi sama, aku mau belajar untuk menghargai pilihanmu.

aku mau belajar menghargai perbedaan itu..

dan ku harap, kau tak perlu menjauh.

kau ingat kan saat kita pernah dijalan yang sama?
dan kau juga ingat kan apa yang kita tuju diujung jalan sana?

tujuan kita masih sama, hanya jalannya yang sedikit berbeda. dan apa itu suatu masalah? tidak, untukku.

bahkan ketika angin menerbangkanku, aku kembali dengan benih baru. aku bisa bertahan.

jadi, tak perlu menjauh.
aku bisa tetap hidup dimanapun itu. cukup kita saling berbagi, dan menghargai perbedaan ini. atau jika kebradaanku terlalu mengusik, aku hanya akan diam menunggu. tak usah memisahkan diri dan membuat kita berada di dua sisi. karena bagiku, itu terasa sakit.

rasanya seperti ada angin yang sengaja kau undang agar membuatku menghilang..

~maaf, itu dulu sekarang tak lagi

apapun yang telah kau dengar dari orang itu tentangku,
satu yang perlu kau garis bawahi.
yakni, itu masa lalu. tak perlu membawanya terlalu dalam.
anggaplah seperti bunga yang layu disebrang jalan.
tak usah dramatis, aku pun tak mau jatuh lagi seperti di masa lalu.
yang ku butuh kini,
adalah orang yang mau membersamaiku membangun rumah cinta sampai jannahNya.
dan itu tidak harus kau!
jadi, perlu kau tau.
sudah sangat lama ku ucapkan selamat tinggal pada yang lalu.
mungkin disebrang jalanmu masih ada bunga yang berjatuhan layu.
tapi kupastikan, itu bukan bungaku.

dah, gitu aja ~just.ranaa

Untukmu Lelaki

Wahai lelaki yang tentram dalam ketaatan..

Kulihat bersyair sangat kau gemari saat ini..
Kau bawa seluruh perbendaharaanNya untuk mewakili sang rasa..

Tapi sesungguhnya siapa yg kau tuju disana ?

Tahukah,
Wanita yang juga tentram dalam ketaatan tak lagi butuh syair syair penyanjungan..
Tak butuh tanda tanda dr setiap bait kata yg kau coba siratkan..

Mereka yang sekedar berkata, pasti akan tergantikan dengan seorang yang datang dengan pembuktian..

Jadi..
Duhai lelaki yang tentram dalam ketaatan..
Kenapa harus berlelah lelah keluar dan terjerumus dalam pusaran kegalauan ?
Simpan saja gemuruh rasa itu sendiri..
Sampai kau punya nyali untuk menemui sang wali..

Jatuh vs Bangun

Seperti hidup yang penuh dengan pilihan,
Maka dalam cinta, akupun diberi dua pilihan.
jatuh cinta atau bangun cinta?

Padanya kelak, aku pilih bangun cinta..
meski sulit dan butuh waktu..
tapi sepertinya akau mampu bersabar..
terlebih pondasi bangunannya untuk mencari keridhoan-Nya..
Insya Allah akan menjulang sampai ke surga..

Daripada aku harus jatuh,
merasa sakit karena terlanjur terpuruk tanpa pegangan..
pasti lelah,
rindu yang diibaratkan luka, yang tiap harinya hatus dibalut sampai tak membekas..
meski diawal indah, banyak kembang api, banyak bunga bermekaran bagai di musim semi..

Tapi selayaknya musim, cepat atau lambat kan berganti..
entah dengan musim gugur yang membuat perasaannya layu berserakan..
atau musim dingin yang membuatnya beku kedinginan..