Sepenggal Kisah dari “Jalan Cinta Para Pejuang”

Sepenggal Kisah dari “Jalan Cinta Para Pejuang”

Kali ini, dari sebuah judul “Mencintai Sejantan ‘Ali”  Mungkin ada beberapa yang sudah hapal tentang kisah ini. Tapi sungguh, diri ini tak dapat menahan untuk berbagi kicauan indah yang dituangkan oleh ustadz salim. Tentu dengan sedikit perubahan.

Diawal, diceritakan bagaimana titik awal rasa itu menyeruak dalam dada ‘Ali.
“Dia tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta” tulis ustadz Salim “Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yg paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan sang Nabi. Abu Bakr radhiyallohu ‘anhu.

‘Ali merasa diuji karena terasa apalah ia dibanding Abu Bakr. ‘Ali hanyalah pemuda miskin dari keluarga miskin.

“Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ‘Ali  “Aku mendahulukan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.” Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian atau pengorbanan.”

Begitulah berturut diceritakan. Lamaran Abu Bakr, disusul ‘Umar yang keduanya ditolak. Maka ‘Ali bingung, menantu seperti apakah yang kiranya dikehendaki Rosul?  Tapi kebingungannya tak berlangsung lama, beruntung Allah karuniakan ia sahabat sahabat yang senantiasa mendukung. Sehingga membangunkan keberaniannya.

“‘Ali pun menghadap sang Nabi.” Lanjut ustadz dalam paragraph yang berbeda. “Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginanannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya dibatas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanak-kanakan!

Usianya telah mencapai kepala dua sekarang. “Engkau pemuda sejati wahai ‘Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. pemuda yang siap bertanggung jawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.”

dan bagaimana akhirnya? tentu kalian tahu. sangat indah bukan ?

di akhir, ustadz salim menutup kisah ini dengan kesimpulan yang penuh hikmah :
“Inilah jalan cinta para pejuang.” tulisnya “Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan disini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ‘Ali. Ia mempersilakan atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian. Dan bagi pecinta sejati, selalu ada yang manis dalam mencecap keduanya. Di jalan cinta para pejuang, kita belajar untuk bertanggungjawab atas setiap perasaan kita.”

*selesai

begitulah shalihah, lelaki sejati tak pernah meminta kita untuk menanti. dan kita pun tak sepatutnya menjatuhkan diri dalam kubangan penantian. karena penantian, terkadang membuka pintu pintu syeithan. maka kepadamu yang tentram dalam taat, tetaplah membisu sampai Allah jawab melalui waktu. semoga cinta yang kau simpan meski hampir membeku, akan memuliakanmu sampai hari itu.

by : J ranaa

Tinggalkan komentar