Archive | Maret 2015

Penerimaan Yang Baik

Dulu, sewaktu kecil mungkin sosok yang sangat ingin kita temui adalah sosok yang sering muncul di layar televisi. Sosok kartun maupun superhero, atau yang perempuan lebih ke barbie dan princess princess.

Beranjak ke masa SMP dan SMA, sosok yang paling ingin di temui lebih masuk di logika meski yaa ga jauh jauh dari apa yang ada di layar kaca, aktor dan aktris favorit. Atau bahkan tokoh tokoh luar negeri dari mulai boyband korea sampai tokoh arjuna dari India.

Hal hal seperti itu kenapa bisa terjadi ?? Karena pemahaman masing masing orang yang masih berbeda beda. Ketidak mengertian tentang hal hal yang bermanfaat sesungguhnya yang pada akhirnya membuat mereka masih betah dan menikmati euforia yang sejenis itu.

Padahal, di kehidupan sebenarnya, sosok yang amat sangat di butuhkan oleh setiap insan adalah sosok dengan penerimaan yang baik untuk menjadi orang terdekat kita. Ketika kita bertemu seseorang dengan penerimaan yang baik, dia tak akan sibuk memaki Alloh dan menyalahkan orang lain saat terjadi musibah dalam kehidupannya. Dia tak akan sibuk menuntut kelebihan kelebihan kita tanpa mau menerima sisi kekurangan kita. Dia akan menyediakan waktu lebih untuk mendengar penjelasan kita saat terjadi khilaf. Dia tak hanya memaksa kita untuk segera menjadi baik, namun mau bersabar dan menuntun dengan lembut dalam melewati proses kita memperbaiki diri. Dia juga akan membuat kita merasa dihargai, dengan mendengarkan nasehat kita tanpa tuduhan atau mencaci maki. Dia akan menerima dengan penerimaan yang sangat baik.

Seseorang dengan penerimaan yang baik selalu damai meski di tempat paling gersang sekalipun. Dia adalah sosok yang mengerti hakikat sebenarnya tentang syukur dan sabar. Karena apa? Karena adanya sebuah pemahaman yang benar yang telah lebih dulu tertanam pada hatinya. Apa pemahaman yang benar itu? Tak lain dan tak bukan adalah Al Quran. Al Quran telah diterjemahkan ke dalam hatinya sampai hatinya menjadi tajam dalam menilai tiap sendi dalam kehidupan. Dia tau cara menyikapi setiap hal sesuai kadarnya.

Seseorang dengan penerimaan yang baik tentu bukan yang memiliki hati sempurna selerti malaikat. Ia juga memiliki sisi kemanusiawian. Bedanya, dia bisa mengelola itu semua sesuai dengan Al Quran. Berhubungan dengan seseorang yang memiliki penwrimaan yang baik itu seperti memiliki sosok suami yang beriman. Kalau ada yang ia sukai dari dirimu, maka ia akan memuliakanmu. Kalau ada yang tidak disukai atau dia sedang marah, maka dia tidak akan mendzalimimu.

Dan dimana kita bisa menemukan sosok itu? Berlarirah ke cermin, nah itulah dia yang tak lain adalah kamu.. !

PengenJadiBaik , bismillahi tawakkaltu 🙂

Ada yang jatuh

Siang itu ada yang jatuh, di bawah pohon besar yang tak ku tahu namanya. Bukan daun atau batang. Melainkan bayangan yang sedang berteduh dibawahnya yang jatuh tepat di bola mataku.

Sudah berapa lama ini? Kalau tak salah hampir 9 tahun bukan? Ku pikir langit sedang linglung, hingga mengantarkanmu menjadi pemandanganku siang hari ini. Ada yang meletup letup dibalik dadaku, jadinya. Ternyata, masih seperti ini rasanya. Hampir saja aku lupa.

Cinta pertama? Entahlah, aku sih lebih berharap bahwa yang duduk disana menjadi cinta terakhirku. Ah, apa sih aku ini. Jangan mengkhayal, deh! Ingin rasanya ku hampiri, mendengarkan cerita tentang apa saja yang sudah kau lewati selama ini. Tapi kau sudah jelas berbeda, begitupun diriku. Jadi aku harus memperlakukanmu dengan jauh lebih istimewa. Hanya memandang dari jarak yang aman. Menjaga kehormatan yang sudah lebih dulu kau kenakan, hijab syar’imu.

Kesukaanmu sepertinya masih sama, ya? Senang memperhatikan orang, matamu tak lepas bergerak ke kanan kiri. Memperhatikan yang lalu lalang. Hanya yang sedang diam berdiri saja yang tak kau pandang, yakni diriku seorang. Tapi jangan, jangan menoleh! Aku ingin melihatmu sedikit lebih lama. Sebab ku anggap ini pertemuan pertama dan terakhir. Tak akan ku muncul di pandanganmu sebelum ku penuhi tabung kesiapan tuk meminang dirimu. Aku pun tak akan memintamu turun dari maqammu, biar aku yang naik. Agar tak perlu kau rendahkan segala kelebihanmu hanya untuk seorang pecundang seperti aku.

Akhirnya, aku jatuh cinta lagi. Ku tatap langit, membuat sebuah permohonan. Robbi, semoga dia cepat di satukan dengan jodohnya.

Kenapa? Merasa heran? Jangan salah paham, itu sama saja berbunyi seperti ini “Robbi, mampukan aku untuk segera menjemputnya.”

perempuanku~

Perumpamaan

Di dunia ini, ada laki laki yang setia pada Masjid. Menghabiskan hampir setiap waktunya di dalam sana. Rajin sekali. Sekitar 2 tahun lalu, aku mengenalnya. Dia satu-satunya orang yang memanggilku dengan awalan “akh..”. Setiap masuk waktu dhuhur, dia sudah berada di dalam, shodaqoh tenaga kalau boleh ku bilang. Sekedar menyapu atau membereskan mukena yang berserakan. Aku kadang geleng-geleng kepala melihatnya, bukankah yang memakai mukena itu perempuan ya? bukannya perempuan itu lebih dekat dengan kerapihan?

Siang itu sedikit berbeda, ku lihat wajahnya lebih berbinar namun sesekali ada raut kekhawatiran. Tiba tiba matanya terbelalak, lalu berpaling ke lain arah seperti beristighfar. Ada apa? Segera ku mencari sebabnya, melihat kepada objek yang sebelumnya ia tatap. Mataku ikut terbelalak, sedikit. Ternyata karena seorang perempuan , berkerudung merah yang menjuntai ke bawah. Haha, aku sadar dia juga seorang laki-laki biasa.

Ku ambil langkah menghampiri laki laki tadi. “Assalamu’alaikum, bro!”, sapaku seraya menyuguhkan segelas es balon yang sengaja ku beli untuknya. “Wa’alaikumussalam, akh. wiih makasih ya!” sambutnya gembira.

“tadi kenapa? ko kayak kaget gitu, lagi jatuh cinta ya?” ledekku dengan mendorong pelan pundaknya.

dia tak lantas menjawab, di seruputnya terlebih dulu es yang ku bawa dan membetulkan posisi duduknya.
“gimana ya?” katanya. “kayanya iya, tapi takut juga. Ane belum siap.”. Aku mengernyitkan dahi, “loh emang jatuh cinta harus nunggu siap ya?”.

“Bukan seperti itu, ane belum siap untuk ke pernikahan. Belum cukup modal.” Aku tambah bingung. “Jadi gini..”, lanjutnya yang menangkap kebingunganku. “Buat ane, ketika sudah ada cinta yang hadir. Berarti harus segera di tuntaskan dengan 2 pilihan. Tikam dengan kejam, atau bawa ke pernikahan.”

“kenapa harus terburu-buru di bawa ke pernikahan? Kau kan bisa saja menjalani cinta dalam diam. *tsaah”, jawabku dengan senyuman sumringah. Seolah pertama kalinya menemukan kata kata yang luar biasa.

“haha, ngapain akh, capek! jika seperti itu, siap-siap kau menjalani hari hari melelahkan. Memantau dari kejauhan, tenggelam dalam khayalan. Do’akan saja akh, agar ane segera di mampukan untuk mengungkapkan perasaan sekaligus melaksanakan lamaran.” dia menepuk bahuku.

“kenapa tidak di nyatakan saja sekarang dan meminta dia menunggu? ane yakin dia juga bakal percaya dan juga bersedia.”

dia tersenyum. “haha, ga begitulah akh. Ane menyatakan cinta tapi tak sekaligus mengajak untuk membawanya ke pernikahan? itu sama saja dengan ente yang ngomong lapar, lapar, namun tak segera mengisi perut dengan makanan. Apa yang seperti itu bisa dipercaya? Arman.. arman.. kau ini ada ada saja.” dia kembali menepuk-nepuk bahuku sebelum kemudian beranjak menuju mimbar. Meninggalkan aku yang terduduk keheranan. Ada pengertian baru yang ku temukan.

“Dasar, pintar sekali dia memberi perumpaan. Makasih, bro!” gumamku sambil menoleh ke arahnya. Menatap punggungnya di atas mimbar. Adzan pun berkumandang.