Hidup Hanya Sebentar

Belakangan ini aku memikirkan, tentang apa saja yang selama ini sudah ku lakukan. Ada manfaatnya kah? Aku tak lagi bisa dikatakan anak remaja, wong sudah masuk kepala 2. Sudah tak lagi bisa meminta kemakluman dari siapapun atas segala sikapku yang lebih sering kekanak-kanakkan. Malu, malu sama kucing.. meong meong meong..

Aku mulai memikirkan apa yang harus kulakukan di masa depan agar usiaku tak begitu saja habis ditelan jaman. Sebab hidup hanya sebentar. Bayangkan, jika umat Nabi Muhammad diperkirakan paling lama hidup sekitar 70 tahun, lalu bagaimana dengan mereka yang meninggal sejak tahun 100? Yang berarti di alam kubur sudah sekitar 1915 tahun. Jadi bagaimana mungkin waktu 70 tahun itu terbilang lama?

Maka aku harus segera menemukan jawaban atas setiap pertanyaan. Apa hal yang harus kulakukan agar bermanfaat bagi orang banyak? menulis? mungkin ya, sedikit. Tapi aku pun harus menemukan tulisan seperti apa yang diakhirat bisa menyelamatkan. Kalau sekedar menulis untuk mengharap pujian? Itu melelahkan, serta hanya menjadi luka bagi iman. Dan menulis tentang cinta lengkap dengan tetek bengeknya, kuakui adalah materi yang amat menggiurkan. Tapi lagi-lagi benarkah ada kemanfaatan??

Aku pun sedikitnya menyadari, bahwa Alloh telah memberikan furqon kepada orang orang yang bertaqwa sebagai tameng. Furqonnya adalah Qur’an. Jadi apapun yang hendak dituliskan haruslah mengandung pelajaran. Pelajaran yang di dalamnya terdapat kebenaran. Bukan sekedar tulisan roman picisan.

Dan saat aku membaca buku buku ustadz salim, ah rasanya aku kehabisan kata kata. Merasa semua pelajaran tentang cinta, ukhuwah dan perjuangan sudah berhasil beliau tuangkan secara apik. Maka aku berpikir untuk menjadi repeater dari setiap kisah kisah manfaatnya kepada sahabat sahabatku. Tapi, lebih dari semua itu, yang paling berat adalah mengamalkannya, mengamalkan setiap apa yang kita baca maupun sampaikan. Ayat-ayat di Quran saja sangat bisa dihitung pengamalannya. Astaghfirulloh

Jadi wahai diriku, hidup ini hanyalah sebentar. jangan lagi kau sia siakan. Fokus terhadap tujuan. Silahkan saja menulis, tapi jangan melenceng dari esensi kebenaran yang hendak kau kedepankan. Dan fokus utama dari segalanya tetaplah yang tertuang dalam Al Quran. Yaitu memenangkan Islam di atas segalanya, menjadi abdi Alloh bagaimanapun keadaannya.

Tinggalkan komentar