Yang tak Indah, Dendelion

by : just me, j ranaa

“uhibbuki fillah, ukhti..”
kata yang indah, kapan terakhir aku terima? mungkin jika kata itu diukir diatas kayu, sudah hilang tertutup debu..

pada akhirnya, aku kembali mengenang masa lalu. rindu padamu, ukhti.

sekarang mungkin kita berbeda. tapi tak bisakah tetap bersama?
aku tahu, menuntut ilmu tak cukup disatu tempat, aku tahu setiap harinya kita bertemu dengan orang orang yg berbeda, berada di lingkungan yang tak lagi sama.

tapi orang bilang, perbedaan itu indah. kenapa justru terasa pahit untukku?

tahukah yang aku rasa?
ketika kau bertemu dengan orang orang baru, aku menunggumu. menunggu ajakanmu untuk meperkenalkaku dengan mereka, karena aku terlalu malu untuk meminta..
dan ketika kau mendapat tambahan ilmu tiap waktunya, aku pun menunggu, menunggumu untuk berbagi denganku, karena aku terlalu malu untuk meminta..

ya..aku menunggu, menunggumu seperti dandelion.
yang tak dilihat karena tak indah, tak punya kelopak.
terlalu rapuh, baru diterpa angin sedikit sudah berterbangan.

tapi tak masalah jika kita tak lagi sama, aku mau belajar untuk menghargai pilihanmu.

aku mau belajar menghargai perbedaan itu..

dan ku harap, kau tak perlu menjauh.

kau ingat kan saat kita pernah dijalan yang sama?
dan kau juga ingat kan apa yang kita tuju diujung jalan sana?

tujuan kita masih sama, hanya jalannya yang sedikit berbeda. dan apa itu suatu masalah? tidak, untukku.

bahkan ketika angin menerbangkanku, aku kembali dengan benih baru. aku bisa bertahan.

jadi, tak perlu menjauh.
aku bisa tetap hidup dimanapun itu. cukup kita saling berbagi, dan menghargai perbedaan ini. atau jika kebradaanku terlalu mengusik, aku hanya akan diam menunggu. tak usah memisahkan diri dan membuat kita berada di dua sisi. karena bagiku, itu terasa sakit.

rasanya seperti ada angin yang sengaja kau undang agar membuatku menghilang..

Tinggalkan komentar